Jangan Berharap Alien akan Bertemu Manusia

Manusia bertemu alien.
Sumber :
  • SoundCloud

VIVA – Sinyal radio aneh yang pernah dianggap sebagai tanda kemungkinan kehadiran alien di sistem bintang terdekat, kemungkinan berasal dari peralatan teknologi manusia.

Lulusan i3L, Inspirasi Bagi Generasi Masa Depan

Pada 29 April 2019, para astronom mendeteksi sinyal yang dipancarkan ke Bumi, tampaknya, dari Proxima Centauri — sistem bintang terdekat dengan Matahari dan rumah bagi setidaknya satu planet yang berpotensi layak huni.

Karena, sinyal tersebut jatuh ke pita sempit gelombang radio 982 MHz yang jarang dibuat oleh pesawat atau satelit manusia, para peneliti menafsirkannya sebagai kemungkinan tanda teknologi alien.

Sejarah Radio di Indonesia Tertulis Abadi dalam Buku Radio Melintas Zaman

Namun, sinyal tersebut — yang berlangsung selama sekitar lima jam — tidak pernah muncul kembali selama pemindaian Proxima Centauri berikutnya. Alasannya, menurut dua studi baru yang diterbitkan 25 Oktober 2021 di Jurnal Nature Astronomy, kemungkinan karena sinyal itu sama sekali tidak datang dari Proxima Centauri.

"Itu adalah interferensi radio buatan manusia dari beberapa teknologi, mungkin di permukaan Bumi," ujar Sofia Sheikh, seorang astronom di University of California, Berkeley, Amerika Serikat (AS), menurut situs Live Science, Kamis, 28 Oktober 2021.

Ketua KPI Minta TV dan Radio Masifkan Siaran Lagu Indonesia Raya Tiap Pagi

Dalam studi pertama dari dua studi baru, Sheikh dan rekan-rekannya menggambarkan sinyal - dijuluki BLC1 - secara rinci. Para astronom menangkap gelombang radio selama lima jam dengan teleskop radio Parkes Murriyang di Australia tenggara selama survei Proxima Centauri selama 26 jam.

Survei tersebut merupakan bagian dari program perburuan alien senilai US$100 juta (Rp1,42 triliun) yang disebut Breakthrough Listen, yang menggunakan teleskop di seluruh dunia untuk mendengarkan kemungkinan transmisi dari luar Bumi.
Teleskop merekam lebih dari 4 juta sinyal radio dari sekitar Proxima Centauri selama jendela pengamatan itu, tetapi hanya BLC1 yang menurut para astronom tidak biasa, baik karena durasinya yang panjang maupun panjang gelombangnya yang aneh. Tim dengan cepat mengesampingkan gangguan dari satelit atau pesawat manusia lainnya.

Namun, setelah sinyal gagal muncul kembali dalam pengamatan bintang berikutnya, para peneliti melihat lebih dekat pada data awal mereka. Kali ini, mereka menemukan bahwa program penyortiran otomatis mereka sebelumnya mengabaikan beberapa sinyal yang terlihat sangat mirip dengan BLC1 tetapi dipancarkan pada frekuensi yang berbeda.

Pada studi kedua, para peneliti menyimpulkan bahwa BLC1 dan sinyal 'mirip' itu adalah komponen dari sumber radio yang sama; dan sumber radio itu kemungkinan adalah sesuatu di permukaan Bumi, di suatu tempat dalam jarak beberapa ratus mil dari teleskop Parkes Murriyang.

"Bahwa sinyal tersebut hanya muncul selama pengamatan lima jam terhadap Proxima Centauri mungkin hanya kebetulan," kata Sheikh. Karena sinyal tidak pernah muncul kembali, mungkin saja itu berasal dari peralatan elektronik yang tidak berfungsi baik yang dimatikan atau sedang diperbaiki.

Rentang frekuensi dalam sinyal juga 'konsisten dengan frekuensi osilator jam umum yang digunakan dalam elektronik digital', menunjukkan bahwa telepon atau komputer terdekat mungkin telah menghasilkan sinyal alien. Sheikh dan tim sedang merencanakan studi selanjutnya untuk mencari tahu apa sumbernya.

Ini bukan pertama kalinya sepotong teknologi manusia menyamar sebagai perangkat alien. Satu set sinyal alien terkenal yang terdeteksi tahun 2011 dan 2014 ternyata adalah para ilmuwan yang sedang memanaskan makan siang mereka dengan microwave.

Namun, BLC1 adalah sinyal kandidat pertama yang terdeteksi melalui program Breakthrough Listen, dan analisis selama hampir satu tahun yang mengikutinya memberi para peneliti pengalaman berharga dalam memecahkan kode emisi alien.

"Kami membutuhkan sinyal kandidat ini (keberadaan alien) sehingga kami dapat mempelajari bagaimana kami akan menghadapi mereka. Bagaimana membuktikan bahwa mereka adalah makhluk luar angkasa atau buatan manusia," jelas Jason Wright, astronom di Pennsylvania State University, AS

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya