Cangkang Sawit dan Ampas Tebu Jadi Sumber Pembangkit Listrik

Ilustrasi pembangkit listrik tenaga air atau hidro.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf

VIVA – Indonesia melalui PP No 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) telah menetapkan target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025, sementara berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) realisasi hingga 2020 baru tercapai 11,51 persen.

Mengungkap Potensi Besar Energi Bersih di Indonesia

Pemerintah juga meningkatkan ketahanan energi nasional melalui peningkatan bauran EBT serta mendukung penuh target penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 29 persen pada 2030.

Menurut International Energy Agency (IEA), Energi Baru Terbarukan (EBT) adalah energi yang berasal dari proses alam yang diisi ulang secara terus menerus dan secara berkelanjutan dapat terus diproduksi tanpa harus menunggu waktu yang lama (jutaan tahun) layaknya energi fosil.

Capai Target Swasembada Energi, Pemerintah Dorong Kolaborasi Swasta Kembangkan Listrik Bersih di Pedesaan

Beberapa jenis contoh sumber EBT yaitu biofuel, biomassa, panas bumi, pembangkit listrik tenaga panas bumi, pembangkit listrik tenaga angin, surya atau energi matahari, dan pasang surut gelombang laut.

Adapun jumlah PLTA yang sudah beroperasi di Indonesia yaitu 6.297, kemudian PLT Surya berjumlah 86, jumlah PLT Panas Bumi sebanyak 1.698, dan PLT Bioenergi berjumlah 1.812.

Jokowi Heran Urus Izin Pembangkit Listrik Geotermal Sampai 6 Tahun

Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Mohammad Abdul Ghani mengaku telah memanfaatkan EBT sebagai sumber energi utama yang digunakan untuk operasional industri perkebunan.

”Total produksi listrik berbasis EBT di PTPN Group sebesar 318 MW atau setara 1.831.680 Mwh per tahun. Dari 318 MW energi yang dihasilkan maka potensi pengurangan emisi (dekarbonisasi) sebesar 1,9 juta ton CO2 per tahun," kata dia, Selasa, 12 Oktober 2021.

Ia menjelaskan, Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dan Pabrik Gula (PG) dari awal perkembangannya telah menggunakan biomassa sebagai bahan bakar utama untuk menghasilkan listrik yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional pabrik.

PKS menggunakan cangkang dan serabut (fiber) kelapa sawit sebagai bahan bakar utama pembangkit listrik, sementara PG memanfaatkan ampas tebu sebagai bahan bakar utama pembangkit yang sama.

PTPN Group memiliki 75 unit PKS yang menggunakan sumber EBT (cangkang sawit dan fiber) sebagai sumber energi utama dengan total kapasitas listrik yang dihasilkan 80 MW, serta memiliki 31 Unit PG yang menggunakan  sumber EBT (ampas tebu/bagas) sebagai sumber energi utama dengan total kapasitas listrik yang dihasilkan 198 MW.

Pembangkit EBT yang saat ini dimiliki PTPN Group antara lain pembangkit listrik berbasis tenaga air/hidro (PLTA) sejumlah 10 unit (total kapasitas 17,14 MW), berbasis biomassa (PLTBm) sejumlah 2 unit (total kapasitas 9,2 MW), berbasis biogas dari POME (PLTBg) sejumlah 9 unit (total kapasitas 11,35 MW) dan berbasis tenaga matahari (PLTS) 1 unit (kapasitas 2 MWp).

"Kami juga sedang berupaya melakukan optimasi aset pembangkit listrik EBT yang dalam kondisi idle (tidak beroperasi atau beroperasi kurang optimal) melalui kerja sama dengan mitra strategis demi mendukung pencapaian target bauran EBT pemerintah sebesar 23 persen pada tahun 2025," tutur Ghani.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya