Google Tampilkan Game Pornografi di Iklan Anak
- VIVAnews/Muhammad Firman
VIVA – Sebuah game bertema pornografi yang tersedia di Google Play Store membuat khawatir karena diiklankan untuk anak-anak dan remaja. Permainan yang disebut LUV itu melibatkan pemain untuk menavigasi pertemuan seksual, seperti mencoba melepas pakaian wanita saat dia tidur.
Nuansa inses dan pemerkosaan jelas hadir dalam 'simulasi' yang dihadirkan kepada pemain. Misalnya, perempuan yang dimaksud digambarkan sebagai saudara tiri dari pemain, seperti dilansir dari laman Metro, Rabu, 22 September 2021.
Iklan untuk mengunduh game pornografi sedang ditampilkan pada kategori game 'gratis untuk dimainkan' di Google Play Store. Informasi ini pertama kali digaungkan oleh pembuat film Michael McWhorter melalui posting TikTok yang kemudian ia bagikan di Twitter.
Ia mengumpulkan video lebih dari 700 ribu tampilan dan menyebabkan ribuan orang berbondong-bondong ke halaman unduh game untuk memberikan ulasan satu bintang. "Google, bagaimana game ini tersedia di toko aplikasi Anda? Dan, kemudian diiklankan di game lain yang bisa dimainkan anak saya dengan mudah," katanya.
McWhorter melanjutkan, apa yang diajarkan hal ini kepada anak laki-laki praremaja tentang bagaimana perempuan seharusnya dihargai dan diperlakukan. Ia juga mengatakan bahwa game pornografi itu mempromosikan pemerkosaan dan pelecehan seksual.
Game yang memiliki peringkat 17+ 'Mature' di Google Play Store ini menawarkan 'gameplay adiktif' dan 'cerita interaktif' sebagai nilai jual utamanya dan mengundang pemain untuk terlibat.
Tampaknya ini menjadi satu-satunya aplikasi yang dibuat oleh Afivad Limited. Dalam penelusuran McWhorter ada banyak game 'simulasi' pornografi yang terselubung. Google mengklaim aplikasi apapun yang berisi materi pornografi jelas melanggar kebijakan konten tidak pantas.
"Kami tidak mengizinkan aplikasi yang berisi atau mempromosikan konten seksual atau kata-kata kotor termasuk pornografi, konten atau layanan apapun yang dimaksudkan untuk memberikan kepuasan seksual," demikian keterangan resmi Google.
Raksasa teknologi Amerika Serikat (AS) mengaku tidak mengizinkan aplikasi atau konten aplikasi yang tampak mempromosikan tindakan seksual. Konten yang mengandung ketelanjangan dapat diizinkan jika tujuan utamanya adalah pendidikan, dokumenter, ilmiah atau artistik, dan tidak serampangan.