Begini Cara Memilih Pemimpin Berkarakter
- Pixabay
VIVA – Revolusi industri keempat bukan sekadar jargon yang terus-menerus diulang. Mengutip Encyclopaedia Britannica, revolusi industri keempat berlangsung selama abad ke-21 dengan ditandai serangkaian pergolakan sosial, politik, budaya, dan ekonomi.
Era ini didorong oleh konvergensi inovasi digital, biologis, dan fisik. Kombinasi dari sistem siber, internet of things (IoT), dan internet of system turut mempercepat penerapan industri 4.0. Hal ini juga terjadi di Indonesia, di mana diperkirakan mampu membuka hingga 10 juta lapangan kerja baru pada 2030.
Untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, maka pendidikan masa kini bukan lagi semata soal pencapaian akademik atau keahlian yang mengandalkan kemampuan fisik (hard skill), melainkan juga keterampilan lunak atau yang menyangkut kecakapan (soft skill).
Setidaknya, ada beberapa kriteria bagi seorang pemimpin, yang di antaranya masih berusia muda, problem solver atau mampu memecahkan masalah, dan memiliki sepak terjang yang jelas.
Menurut Advisor for Indonesia, Organizational Effectiveness The David & Lucile Packard Foundation, James McCaul, harus ada organisasi, yang tidak hanya mendukung, tapi juga memberikan dorongan untuk mencetak pemimpin berkarakter.
“Kami melihat cukup jarang organisasi yang mendukung mencetak pemimpin berkarakter, khususnya dalam pengelolaan SDA (sumber daya alam). Harapannya dapat menciptakan masa depan Indonesia dan dunia melalui pengolalan SDA yang baik pula,” ungkapnya, Rabu, 15 September 2021.
Untuk itu, United In Diversity (UID) menggelar program beasiswa Bekal (Bersama Kelola Alam Adil Lestari) Pemimpin sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Beasiswa ini diberikan untuk para emerging leader atau pemimpin yang berusia muda atau usianya masih di bawah 40 tahun.
"Kami ingin menumbuhkan dan membina kader generasi penerus pengelola sumber daya alam (SDA)," tutur Vice President UID, Suyoto. Program Bekal Pemimpin melaksanakan kelulusan angkatan kedua dengan mencetak 58 lulusan dari 22 provinsi di Indonesia, serta menghasilkan 10 kelompok prototype solusi.
Adapun ke-10 prototyping tersebut adalah Kepak Emas, Buna NHIMM, Tani Muda, Merdeka Indonesia, Kelompok Sakil, Pasar Rakyat Bali, Melajah Alam, Warkop Indonesia, Mangi-Mangi Warrior Raja Ampat, serta Ambai Lestari.