Twitter Lagi Uji Coba Fitur Keamanan, Ngatain Orang akan Diblokir
- Telecast
VIVA – Media sosial Twitter mengumumkan selama tujuh hari sejak Rabu, 1 September lalu, sedang menguji coba fitur mode keamanan (safety mode) yang dapat memblokir sementara akun yang berisi konten kasar, seperti komentar penghinaan atau ujaran kebencian.
“Saat fitur diaktifkan di menu ‘Pengaturan’ Anda, sistem kami akan menilai kemungkinan interaksi negatif dengan mempertimbangkan konten Tweet dan hubungan antara pembuat Tweet dan penjawab,” kata Manajer Senior Produk Twitter, Jarrod Doherty, melalui sebuah tulisan yang diunggah di blog Twitter, dikutip Kamis, 3 September 2021.
Akun yang terdeteksi berbahaya oleh sistem akan diblokir otomatis dan untuk sementara waktu mereka tidak dapat mengikuti akun, melihat Tweet, atau mengirim pesan melalui Direct Message kepada pengguna yang dijadikan sasaran.
Kendati demikian, akun yang sering berinteraksi dengan pengguna tidak akan diblokir otomatis karena sistem teknologi memperhitungkan hubungan yang ada. Pengguna masih dapat menemukan informasi tentang Tweet yang ditandai melalui mode keamanan dan melihat detail akun yang diblokir kapan saja.
Ketika fitur tersebut berakhir dalam tujuh hari, pengguna tetap akan menerima pemberitahuan dari sistem Twitter. “Kami juga akan secara teratur memantau keakuratan sistem mode keamanan untuk meningkatkan kemampuan deteksi kami,” kata Doherty.
Ia mengatakan uji coba ini merupakan salah satu cara Twitter untuk mendukung percakapan yang sehat di platform media sosialnya. “Tujuan kami adalah untuk melindungi individu yang menerima Tweet dengan lebih baik dengan mengurangi prevalensi dan visibilitas komentar berbahaya,” ujarnya.
Uji coba fitur ini dilakukan pada kelompok kecil umpan balik dengan akun yang mengaktifkan bahasa Inggris di iOS, Android, dan situs Twitter di dekstop. Twitter mengatakan fitur keamanan dikembangkan setelah mereka melakukan konsultasi dan mendapatkan masukan dari beberapa pihak. Sejumlah ahli seperti para pakar keamanan siber, kesehatan mental, dan hak asasi manusia, termasuk anggota Dewan Kepercayaan dan Keamanan Twitter.
“Mereka juga berperan penting dalam mengusulkan pemilik akun Twitter untuk bergabung dalam kelompok umpan balik, dengan memprioritaskan orang-orang dari komunitas terpinggirkan dan jurnalis perempuan,” tutur dia.
Doherty menambahkan Twitter akan berkomitmen untuk mengakhiri kekerasan berbasis gender di dunia daring dan berpartisipasi dalam diskusi tentang pengalaman perempuan saat menggunakan fitur keamanan. “Kami akan mengamati bagaimana mode keamanan bekerja serta menggabungkan peningkatan dan penyesuaian sebelum meluncurkan fitur untuk semua orang di Twitter,” paparnya.