Rusia Bukan Biang Kerok Propaganda Antivaksin COVID-19, tapi Amerika
- Foreign Policy
VIVA – Negara-negara Barat mengalami kenaikan tajam terhadap sentimen antivaksin COVID-19 terhadap Rusia di media sosial, sehingga menimbulkan kemarahan dan menyudutkan negeri yang dipimpin Presiden Vladimir Putin itu. Tapi, sebuah fakta lain menyebutkan bahwa propaganda antivaksin COVID-19 sejatinya diciptakan oleh Amerika Serikat (AS).
Mantan Ilmuwan Data Facebook Sophie Zhang menegaskan tuduhan jahat itu sudah lumrah disebarkan karena merupakan cara yang mudah dan efektif untuk menyalahkan Rusia daripada menghadapi tren yang mengkhawatirkan ini, seperti dikutip dari situs Russian Today, Jumat, 20 Agustus 2021.
Menurutnya, Facebook saat ini masih fokus pada pertanyaan apakah postingan itu 'asli' dari pengguna sebenarnya, atau 'tidak otentik' dan menempatkan seseorang yang memiliki motif tersembunyi.
“Ketika saya bekerja di Facebook saya menghabiskan 2,5 tahun memerangi perilaku tidak otentik. Saya bertanggung jawab atas Facebook yang menghapus kampanye tidak otentik oleh dua negara (Rusia dan Amerika)," jelas Zhang.
Hingga pada akhirnya ia memilih keluar dari media sosial milik Mark Zuckerberg itu dan menjadi pelapor setelah Zhang mengklaim bahwa Facebook sudah gagal menangkal temuannya soal siapa sebenarnya yang menyebarkan propaganda antivaksin COVID-19.
Padahal, kata dia, hal tersebut berpotensi membuat pelanggaran besar sebuah kebijakan di negara-negara seperti Afghanistan, Irak, dan Amerika Latin. Zhang juga mengkritik Facebook yang melarang Fazze, sebuah perusahaan pemasaran berbasis di London, Inggris yang mengaku memiliki hubungan bisnis dengan Rusia.
Facebook menilai Fazze adalah perusahaan tidak otentik karena konten antivaksin COVID-19 yang menyesatkan. Insiden Fazze telah memberikan logo pada Rusia sebagai sumber utama dari propaganda antivaksin COVID-19 yang membanjiri media sosial.
Hal tersebut bertolak belakang dengan kenyataan sebenarnya bahwa konten mereka masih kalah populer dengan penggerak sentimen COVID-19 di dunia maya. Menurut pengakuan Facebook, Fazze hanya menerima sedikit like, bahkan beberapa kontennya mendapat ejekan dari akun asli.
Sementara pada Instagram, postingan Fazze juga cuma mendapat 1.000 like saja. Zhang pun menyimpulkan bahwa menyalahkan gerakan antivaksin COVID-19 yang meluas di Rusia akan menambah daftar kritikan pedas kepada Presiden Vladimir Putin akibat ulah Amerika yang menggembar-gemborkan isu tidak benar tersebut.