Kondisi Pendidikan Teknologi Indonesia, Guru Lebih Gaptek dari Murid

Chairman lembaga riset keamanan siber CISSReC Pratama Persadha.
Sumber :
  • Dokumen CISSReC

VIVA – Pengamat Teknologi Informasi dan Komunikasi dari CISSRec Pratama Persadha mengatakan, kondisi pendidikan teknologi di Indonesia saat ini masih belum maju jika dibandingkan negara-negara lain dan harus segera mengejar ketertinggalan.

Teknologi Ini Mengandung Karbon Aktif untuk Melindungi Rumah

"Salah satu kendala utamanya, yaitu ada di pengajar yang kurang kompeten di bidang teknologi. Para guru lebih gaptek dibandingkan dengan muridnya," kata dia, Senin, 9 Agustus 2021.

Hal ini dia katakan menjelang Hari Kebangkitan Teknologi Nasional yang jatuh pada 10 Agustus 2021. Pratama melanjutkan, kurikulum yang ada di Indonesia harus diperbarui agar dapat mengejar ketertinggalan.

Menguak Fakta: Benarkah AI Akan Membuat Kita Semua Menganggur?

Semua elemen baik dari masyarakat, pejabat, swasta, ataupun institusi pemerintah harus selalu up to date mengenai pendidikan teknologi.

Menurut Pratama, tidak adanya pendidikan sejak awal membuat pemahaman yang didapat masyarakat hanya seputar pasal-pasal dari KUHP, UU Pornografi, dan UU ITE.

Pekerjaan yang Akan Digantikan oleh AI? Berikut Pekerjaan nya

"Jadi, hanya pendekatan top down dan pendekatan law enforcement. Sedangkan pendekatan bottom up dan kultural lewat pendidikan serta edukasi teknologi ini hampir tidak ada," ujar Pratama.

"Pada kurikulum pendidikan kita tidak ada yang mengajarkan bagaimana berinternet yang sehat, aman, dan produktif. Adanya norma budaya dan agama, itu tidak cukup. Apalagi para orang tua, pejabat pemerintahan, tokoh masyarakat dan tokoh agama ini kan bukan native digital, tidak mengenal lebih dalam dunia digital," tambahnya.

Pratama juga mengatakan, pemerataan infrastruktur internet menjadi tantangan terbesar dalam menyelenggarakan pendidikan teknologi karena saat ini lebih banyak terkonsentrasi di Pulau Jawa.

Menurutnya, hal ini penting dilakukan agar tercipta pendidikan teknologi di seluruh Tanah Air termasuk kota-kota yang melek siber dan menjadi pusat inovasi digital berlokasi di luar Jawa.

Pratama mengambil contoh kesuksesan Bangalor di India sebagai Sillicon Valley baru dunia, yang lokasinya jauh dari ibu kota New Delhi.

"PR (pekerjaan rumah) kita sangat banyak. Bisa dimulai dengan memperbanyak konten edukasi guru dan murid. Pengajarnya tidak harus selalu guru, bisa dari profesional atau aktivis relawan siber," paparnya.

Pada kesempatan terpisah, Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi juga menyampaikan hal serupa. Menurutnya, pemerataan internet menjadi permasalahan yang harus segera dituntaskan.

"Belum merata kan. Yang pelosok-pelosok itu masih banyak yang belum tersentuh. Ini PR besar pemerintah juga untuk memberi perhatian pada teknologi kerakyatan yang bisa dirasakan manfaatnya oleh banyak orang," jelas Heru. (Ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya