Selain Delta, Varian Lokal Pernah Dominasi Kasus COVID-19 di Indonesia
VIVA – Peneliti dan Ketua Tim WGS SARS-CoV-2 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI, Sugiyono Saputra, menyebut kemungkinan besar lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia disebabkan oleh varian delta.
"Jika dilihat dari data GISAID, yaitu data genom SARS-CoV-2 yang berhasil di-sequencing dan diidentifikasi selama tiga minggu terakhir bahwa lebih dari 95 persen merupakan varian delta. Sisanya adalah varian alfa dan lokal Indonesia," kata dia, seperti dikutip dari situs LIPI, Jumat, 30 Juli 2021.
Dari penelitian yang dilakukan di laboratorium BSL-3 LIPI, dengan melakukan pengambilan sampel dari 10-18 Juni 2021, hampir 100 persen adalah varian delta. Berdasarkan data tersebut maka terbukti bahwa lonjakan kasus yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh paparan Virus SARS-CoV-2 atau COVID-19 varian delta.
Varian baru asal Indonesia, yakni B.1.466.2, ada sebelum varian delta masuk ke Indonesia. Varian lokal ini pernah mendominasi kasus COVID-19 di Indonesia. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) memberi peringatan agar varian lokal ini terus dimonitor.
Karena secara genetik, varian B.1.466.2 memiliki potensi tingkat penularan yang tinggi di masyarakat atau berpotensi menyebabkan penurunan efektifitas vaksin dan terapi obat.
"Akan tetapi, sampai saat ini bukti ilmiah terkait efek secara epidemiologi atau bukti ilmiah yang menunjukan langsung efek dari mutasi yang terjadi belum ada. Varian lokal saat ini kasusnya tidak banyak dan varian delta masih lebih berbahaya dan lebih mendominasi," tegas Sugiyono.
Menurut Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, per 28 Juli 2021, Indonesia telah melaporkan tiga Variant of Concern (VoC) yaitu Alfa, Beta, Delta, Kappa, dan Eta.
Varian Delta saat ini menjadi perhatian karena tingkat transmisi yang tinggi. Indonesia telah melaporkan 1.019 VoC dari 3.647 sampel yang diperiksa. Ia mengatakan delta mendominasi, atau sebanyak 86 persen spesimen yang dilakukan sequencing dalam 60 hari terakhir, berasal dari 24 provinsi di Indonesia.
"Jadi, bisa dikatakan persebaran ini sudah hampir merata. Hal ini tentu harus menjadi perhatian bersama bahwa potensi penularan di masyarakat akibat varian delta sangat tinggi sekaligus menjadi faktor peningkatan kematian," ungkap Siti.