Ilmuwan Lagi Pantau 12 Supervolcano, Satu Ada di Indonesia
- Bradshaw Foundation
VIVA – Letusan Gunung Berapi Super atau Supervolcano hampir tidak mungkin bisa diprediksi sehingga memiliki konsekuensi besar untuk menghancurkan. Oleh karena itu para ilmuwan menyerukan penelitian lebih lanjut serta pemantauan sistem vulkanik untuk lebih memahami tanda-tanda peringatan mengenai letusan dahsyat yang akan datang.
Informasi saja, letusan Gunung Berapi Super yang mengguncang Bumi ini rata-rata sekali setiap 100 ribu tahun. Meskipun jarang tapi dampaknya sangat luas. Contohnya Gunung Toba di Sumatera Utara di mana Supervolcano itu meletus sekitar 74 ribu tahun silam.
Para ilmuwan dari Universitas Cardiff ini menyebut ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa Gunung Toba memuntahkan cukup banyak abu ke langit dan memicu zaman es.
Mereka juga menemukan letusan Gunung Toba termuda terjadi pada 74 ribu tahun lalu, di mana hal itu adalah letusan yang sangat mendadak yang ditandai dengan runtuhnya atap gunung berapi tersebut.
Akibatnya, para ilmuwan percaya bahwa mereka perlu menghabiskan lebih banyak waktu untuk memantau sistem ini untuk bisa lebih memahami bagaimana mereka berperilaku sekarang dan di masa depan.
"Memang agak mengkhawatirkan ketika mengetahui bahwa tidak ada serangkaian tanda peringatan yang disepakati secara universal," demikian keterangan resmi ilmuwan Cardiff, seperti dilansir dari Express, Kamis, 29 Juli 2021.
Peringatan tersebut mengikuti tinjauan mendalam terhadap 13 letusan Gunung Berapi Super selama dua juta tahun terakhir, termasuk letusan Oruanui yang relatif baru di Selandia Baru pada 25.400 tahun silam.
Para ilmuwan juga mencatat ada 12 Supervolcano yang tersebar di muka Bumi. Salah satunya Gunung Berapi Yellowstone di Amerika Serikat (AS) dan juga Gunung Toba. Mereka menemukan tidak ada model tunggal tentang bagaimana letusan ini dimulai dan terungkap. Hal itu membuat prediksi letusan di masa depan menjadi masalah.
Menurut US Geological Survey (USGS), Supervolcano adalah gunung berapi yang memiliki satu atau lebih letusan berkekuatan 8 pada Volcanic Eruption Index (VEI). Lalu, letusan berkekuatan 8, dan di atasnya melepaskan lebih dari 1.000 kilometer kubik material, sehingg cukup untuk mengganggu iklim selama beberapa dekade mendatang.