Ilmuwan Ungkap Kapan Matahari Akan Padam, Gimana Nasib Bumi
- www.bmkg.go.id
VIVA – Aliran partikel bermuatan panas yang disebut Angin Matahari mengalir keluar dari Matahari dan menabrak Bumi dengan kecepatan 1,6 juta km/jam.
Beruntung, ada Magnet Bumi yang berperan sebagai perisai membelokkan dan menghancurkan angin paling keras itu dan memungkinkan sedikit angin hangat untuk menembus atmosfer Bumi.
Akan tetapi, penelitian baru menunjukkan bahwa Magnet Bumi tidak selalu kuat untuk menahan laju kencang Angin Matahari. Terlebih ketika Matahari mendekati kematian atau padam, seperti dilansir dari laman Live Science, Minggu, 25 Juli 2021.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan 21 Juli 2021 di Jurnal Monthly Notices of the Royal Astronomical Society, para ilmuwan menghitung bagaimana intensitas Angin Matahari akan berevolusi selama 5 miliar tahun ke depan, di mana saat bintang utama itu kehabisan energi.
Saat itu hembusan Angin Matahari menjadi sangat kuat sehingga akan mengikis Magnet Bumi hingga tidak ada lagi. Dari sana sebagian besar atmosfer Bumi akan tertiup ke luar angkasa. Kehidupan di Bumi akan segera musnah.
"Kita tahu bahwa Angin Matahari di masa lalu mengikis atmosfer Mars, yang tidak seperti Bumi yang tidak memiliki magnetosfer skala besar. Apa yang tidak kami duga adalah Angin Matahari di masa depan bisa menghancurkan, bahkan planet-planet yang dilindungi oleh medan magnet," kata ilmuwan Aline Vidotto.
Miliaran tahun dari sekarang, ia melanjutkan, Matahari pada akhirnya akan kehabisan hidrogen yang memicu reaksi nuklir pada intinya. Tanpa bahan bakar utamanya maka inti Matahari akan mulai berkontraksi di bawah gravitasinya sendiri, sementara lapisan luar bintang mulai mengembang.
Dan akhirnya, Matahari akan menjadi raksasa merah atau menyerupai sebuah bola merah besar yang radiusnya melebar jutaan mil di luar batas-batasnya saat ini. Ketika atmosfer luar Matahari mengembang maka akan menembus setiap planet yang dilaluinya. Merkurius dan Venus hampir pasti akan lenyap termasuk Bumi.
Lalu, setelah satu miliar tahun atau lebih, Matahari akan runtuh menjadi kerdil putih keriput, samar-samar membara selama beberapa miliar tahun sebelum berkedip-kedip sepenuhnya.
Jika Bumi berhasil bertahan dari transformasi dahsyat Matahari menjadi raksasa merah, maka Bumi akan tinggal dalam Tata Surya yang sangat berbeda dari sekarang. Saat inti Matahari berkontraksi maka tarikan gravitasi ke planet-planet akan melemah.
Hal ini yang menyebabkan planet apapun yang tidak tertelan akan melayang sekitar dua kali lebih jauh dari Matahari. Radiasi yang keluar dari raksasa merah juga akan jauh lebih intens daripada saat ini.
Vidotto dan ilmuwan lainnya memodelkan angin dari 11 jenis bintang yang berbeda dengan massa bervariasi hingga tujuh kali massa Matahari.
Mereka menemukan bahwa ketika diameter Matahari mengembang menjelang akhir hidup maka kecepatan dan kepadatan Angin Matahari akan berfluktuasi secara liar. "Artinya, secara bergantian memperluas dan mengecilkan medan magnet dari setiap planet terdekat, termasuk Bumi," jelas dia.