Virus Purba 15 Ribu Tahun Ditemukan di Tempat Tersembunyi

Ilustrasi virus.
Sumber :
  • Freepik/Harryarts

VIVA – Layaknya film horor, makhluk purba muncul dari penyimpanan dingin di lapisan es dalam yang mencair. Kisah ini hampir mirip dengan temuan virus purba berumur 15 ribu tahun yang bersembunyi di Gletser Tibet yang mencair. Mencairnya es ini memunculkan kekhawatiran tentang virus purba yang kembali menghantui manusia.

Kian Meningkat, Penindasan Terhadap Umat Buddha Tibet oleh Tiongkok

"Mencairnya es gletser tidak hanya akan menyebabkan hilangnya mikroba dan virus kuno yang 'diarsipkan', tapi juga melepaskannya ke lingkungan di masa yang akan datang," kata Ahli Mikrobiologi Zhi-Ping Zhong dari Ohio State University di AS, seperti dikutip dari situs Science Alert, Kamis, 22 Juli 2021.

Berkat teknik metagenomics baru dan metode baru untuk menjaga sampel inti es mereka tetap steril, ia dan para peneliti lainnya bekerja untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang sebenarnya ada di dalam kondisi dingin.

Isu Pelanggaran HAM di Tiongkok jadi Sorotan Komunitas Tibet di Selandia Baru

Dalam penelitian ini, Zhong bersama tim peneliti dapat mengidentifikasi 'arsip' puluhan virus purba unik berusia 15 ribu tahun dari lapisan es Guliya di Dataran Tinggi Tibet, dan mendapatkan wawasan tentang fungsinya.

"Gletser ini terbentuk secara bertahap, dan bersama dengan debu dan gas, banyak virus juga disimpan di es itu. Mikroba inilah yang berpotensi mewakili yang ada di atmosfer pada saat mereka disimpan," jelasnya.

Kongres Uighur Dunia Bakal Mengorganisir Demonstrasi Besar-besaran di Seluruh Eropa

Studi sebelumnya telah menunjukkan komunitas mikroba berkorelasi dengan perubahan konsentrasi debu dan ion di atmosfer, dan juga dapat menunjukkan kondisi iklim dan lingkungan pada saat itu.

Dalam catatan beku zaman kuno ini, 6,7 kilometer di atas permukaan laut di China, para peneliti menemukan bahwa 28 dari 33 virus yang mereka identifikasi belum pernah terlihat sebelumnya. "Ini adalah virus yang akan berkembang biak di lingkungan yang ekstrem," ungkap Zhong.

Peneliti lainnya, Matthew Sullivan, menambahkan jika virus purba ini memiliki ciri khas gen yang membantu mereka menginfeksi sel di lingkungan dingin. Membandingkan urutan genetik mereka ke database dari virus yang diketahui, ia dan tim menemukan bahwa virus paling melimpah di kedua sampel inti es adalah bakteriofag yang menginfeksi Methylobacterium.

"Ini adalah bakteri penting untuk siklus metana di dalam es," papar dia. Bakteri ini paling terkait dengan virus yang ditemukan pada strain Methylobacterium di habitat tanaman dan tanah. Temuan ini konsisten dengan laporan sebelumnya bahwa sumber utama debu yang disimpan di lapisan es Guliya kemungkinan berasal dari tanah.

"Virus beku ini kemungkinan berasal dari tanah atau tanaman dan memfasilitasi perolehan nutrisi untuk inangnya," kata Sullivan. Selain momok virus purba cukup mengkhawatirkan di tengah pandemi saat ini, bahaya terbesar sebenarnya terletak pada apa lagi yang akan dilepaskan oleh es yang mencair.

Bahaya tersebut antara lain cadangan besar metana dan karbon yang diserap. Di sisi lain, es juga menyimpan wawasan tentang perubahan lingkungan di masa lalu dan evolusi virus. "Kami hanya tahu sedikit tentang virus dan mikroba di lingkungan ekstrem ini, dan apa yang sebenarnya ada di sana," ujar Ahli Bumi Lonnie Thompson.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya