Mau Naik Level Mesti Hancurkan Kabah, Haram Main Game Fortnite
- Twitter @hsharifain
VIVA – Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir telah mengeluarkan peringatan untuk game battle royale, Fortnite. Peringatan yang dikeluarkan oleh International Centre for Electronic Fatwas ini lantaran game online tersebut mendorong gamer atau pemain untuk menghancurkan Kabah untuk bisa naik ke level berikutnya.
"Kami sebelumnya sudah memperingati beberapa permainan elektronik (eSports) yang menyita pikiran anak muda. Mengalihkan mereka dari tugas dasarnya untuk memperoleh pengetahuan atau pekerjaan yang berguna, dan mengunci mereka di dunia maya jauh dari kenyataan, sambil menghasut mereka untuk kebencian dan menyakiti diri sendiri atau merugikan orang lain," demikian keterangan resmi Universitas Al-Azhar, seperti dikutip dari situs Alaraby, Senin, 5 Juli 2021.
Lebih lanjut, Universitas Al-Azhar menjelaskan bahwa Fortnite mendorong pemain untuk menghancurkan Kabah untuk memenangkan senjata dan maju ke level berikutnya. Hal ini mempengaruhi kepercayaan dan harga diri orang muda dan meremehkan pentingnya kesucian mereka.
Oleh karena itu, International Centre for Electronic Fatwas mengulangi larangan terhadap semua eSports yang mendorong kekerasan atau berisi ide-ide palsu yang mendistorsi iman atau menunjukkan penghinaan terhadap keyakinan agama.
Pada kesempatan terpisah, Fortnite membantah tuduhan yang mendorong gamer harus menghancurkan konstruksi dalam game yang menyerupai Kabah. Mereka mengklaim telah mengidentifikasi penampilan model mirip Kabah dalam tangkapan layar yang dibagikan secara online.
Menurut Fortnite, model itu adalah hasil modifikasi dalam game oleh gamer yang menggunakan 'mode kreatif' platform game tersebut. Mode kreatif ini memungkinkan pengguna untuk dengan bebas membuat konten di 'Creative Island' mereka sendiri. Jadi tim Fortnite membantah mereka membuat opsi untuk menghancurkan Kabah.
Abdul Rahman Al Shamy, gamer Fortnite dan pendiri perusahaan pengembangan game, menggemakan klarifikasi tersebut. Ia mengkritik kurangnya uji tuntas di pihak ulama Al-Azhar serta menyarankan para ulama Mesir mengeluarkan Dekrit Islam tidak berdasarkan klaim media sosial, melainkan berkonsultasi dengan gamer.