Apakah Hewan Bisa Kena Serangan Jantung?
- C. KRUPENYE/Science News
VIVA – Seseorang di Amerika Serikat (AS) mengalami serangan jantung setiap 40 detik. Artinya, sekitar 805 ribu orang kena serangan jantung setiap tahunnya. Statistik ini hanya berlaku untuk manusia. Lantas, bagaimana dengan hewan. Apakah mereka juga mengalami kondisi yang melemahkan dan berpotensi mematikan?
Dikutip dari situs Live Science, Selasa, 11 Mei 2021, sebagian besar hewan tidak mengalami serangan jantung, termasuk salah satu kerabat terdekat kita yang masih hidup, simpanse (Pan troglodytes).
Hewan bukan manusia yang mengalami masalah jantung, tetapi sejauh yang diketahui para ilmuwan, serangan jantung jarang terjadi pada makhluk lain. "Secara umum, hewan tidak mati secara alami karena serangan jantung biasa, di mana itu menyumbat arteri koroner pada manusia," kata asisten profesor yang mempelajari penyakit jantung di University of California, San Diego, AS, Philip Gordts.
Sementara itu, serangan jantung terjadi ketika pembuluh darah yang mendistribusikan darah beroksigen ke jantung tersumbat dan sepotong jaringan jantung mati karena kekurangan oksigen, menurut Flavio Fenton, seorang profesor fisika di Georgia Institute of Technology, AS.
Ketika sebuah jantung mati maka tidak dapat berkontraksi dan juga gagal menyebarkan gelombang listrik yang bergerak ke seluruh bagian jantung yang memerintahkannya untuk berkontraksi. Hal itu bisa menyebabkan jantung berhenti sehingga menyebabkan kematian, kecuali dilakukannya intervensi seperti CPR.
"Semua jantung mamalia sangat mirip. Jadi, kebanyakan jantung mamalia pada prinsipnya bisa mengalami serangan jantung," ujar Fenton. Secara teoritis serangan jantung bisa terjadi. Misalnya saja serangan jantung sangat jarang terjadi pada anjing.
Bahkan, simpanse di penangkaran juga memiliki faktor risiko yang sama untuk penyakit jantung. Begitu pula hewan pengerat dan kelinci juga rentan terhadap aterosklerosis, penumpukan lemak, kolesterol dan zat lain di dinding arteri.
"Lalu, hewan pengerat dan kelinci yang dimodifikasi secara genetik memiliki kolesterol tinggi dan lipid darah untuk menginduksi aterosklerosis dan penyakit manusia lainnya, serangan jantung kepada mereka sebenarnya jarang terjadi," jelas Flavio.