Orang-orang Enggak Bisa Keluar Rumah, Uang Google Berlimpah Ruah
- VIVAnews/Mohammad Yudha Prasetya
VIVA – Induk perusahaan Google, Alphabet, mengalami lonjakan pendapatan pada kuartal I 2021, karena orang-orang yang tidak bisa keluar rumah akibat pandemi COVID-19 lebih sering menggunakan layanannya.
Laba bersih Alphabet melonjak 162 persen hingga US$17,9 miliar (Rp259 triliun), yang merupakan rekor dalam tiga bulan sampai Maret tahun ini seiring pendapatan dari iklan membengkak tiga kali lipat.
Hal itu terjadi seiring Google menghadapi pengawasan yang semakin ketat atas kekuatannya dan pandemi COVID-19 membuat orang-orang lebih mengandalkan internet dari sebelumnya.
"Pencapaiannya ini berkat peningkatan aktivitas konsumen secara online. Selama satu tahun terakhir, orang-orang mengandalkan Google Penelusuran dan banyak layanan online untuk tetap terinformasi, terhubung, dan terhibur," kata Kepala Eksekutif Alphabet dan Google, Sundar Pichai, dikutip dari BBC, Jumat, 30 April 2021.
Banyak analis sudah memperkirakan kinerja yang baik seiring ekonomi di seluruh dunia mulai dibuka kembali yang mendorong lebih banyak pengeluaran untuk iklan online.
Mencerminkan pendapatan ini, bisnis di Google Penelusuran melonjak sebesar 30 persen menjadi US$31,9 miliar (Rp462 triliun) pada tiga bulan pertama tahun ini, sementara penjualan di YouTube melonjak 49 persen menjadi US$6 miliar (Rp86 triliun).
Sophie Lund-Yates, analis ekuitas di Hargreaves Lansdown, Inggris, mengatakan Alphabet telah mengambil banyak keuntungan dari pandemi COVID-19.
"Ini bagaikan kucing menerkam ikan asin. Meskipun terkenal dengan budaya startup dan kantornya, tapi aslinya mereka itu bisnis periklanan," tegasnya.
Ia melanjutkan bahwa kehadiran COVID-19 berarti ada sangat banyak uang yang beralih ke belanja online. Dengan demikian keluarga bisnis periklanan digital yang sangat kuat milik Alphabet mengalami lonjakan pendapatan.
Meski begitu, ungkap Sophie, satu-satunya masalah yang dihadapi Google saat ini adalah tindakan regulasi atas masalah-masalah seperti persaingan dan data privasi yang terus berlanjut.
Perselisihan terbaru terkuak pada Senin, 26 April kemarin, ketika perusahaan teknologi TV streaming Roku menuduh Google terlibat dalam perilaku antikompetitif untuk menguntungkan YouTube dan bisnis perangkat kerasnya.
Sementara regulator AS dan Uni Eropa terus membahas pengetatan pengawasan terhadap Google dan raksasa teknologi lainnya, namun belum menyepakati suatu undang-undang.