Memahami Kebutuhan Internet di Era Pandemi Covid-19

Ilustrasi kebutuhan internet.
Sumber :

VIVA – Pandemi sungguh telah menciptakan kebiasaan baru. Banyak orang terhubung dengan internet karena harus mengikuti protokol kesehatan dengan mengurangi mobilitas dan menghindari kerumunan. Aktivitas masyarakat pun semakin banyak dilakukan melalui online.

Ada Fitur Baru di Aplikasi AirAsia MOVE

Bahkan adanya pandemi juga berdampak pada peningkatan smartphone dan kebutuhan internet di keluara. 

Menyikapi hal ini, seorang pakar di bidang Telekomunkasi, Lumumba Sirait menjelaskan lebih luas terkait dampak pandemi terhadap kebutuhan akan internet.

Digitalisasi Ekstrem: Ketika Warga Negara Hanya Menjadi Data di Tiongkok

Berikut pandangan dan penjelasan Lumumba Sirait:

Dampak Pandemi Covid-19 terhadap volume trafik operator internet

Cerita Nurdin Halid saat Kerja Sama dengan Poltracking: Objektivitas, Jujur dalam Data

Kita telah melewati satu tahun pandemi Covid-19. Banyak pengalaman berharga yang kita petik dari pandemi ini, salah satu diantaranya adalah kita harus tinggal di rumah untuk menghindari penyebaran virus Covid-19. 

Kita terpaksa beraktivitas dari rumah, baik bekerja dari rumah (Work From Home - LFH) atau belajar dari rumah (Learning From Home – LFH), atau lebih dikenal dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Pengalaman WFH dan PJJ cukup berjalan efektif berkat adanya sarana internet broadband yang disediakan operator internet, baik operator fixed broadband internet maupun operator mobile broadband internet.

Lebih lengkapnya, pengalaman beraktivitas dari rumah ini didukung oleh adanya infrastruktur DNA (Device, Network and Applications) sehingga komunikasi antar sesama manusia dan manusia dengan mesin dapat berjalan sempurna. 

Pandemi Covid-19 telah berdampak berarti terhadap volume trafik operator internet, khususnya karena meningkatnya aktivitas di kawasan perumahan. Namun sebaliknya, terjadi penurunan trafik di kawasan perkantoran karena pembatasan kegiatan di kantor-kantor.

Network atau jaringan internet merupakan tulang punggung dalam penyaluran trafik  data, yang menghubungkan pengguna deviceke sumber data. Network dapat berupa fixed broadband internet yang disediakan Telkom atau Internet Service Provider lainnya serta mobile broadband internet yang disediakan operator selular.

Operator fixed broadband internet menawarkan pemakaian gigabyte data tanpa batas (unlimited), namun dibatasi oleh kecepatan transmisi data, misalnya 10 Mbps atau 30 Mbps, tergantung kepada kontrak berlangganan yang dipilih.

Sementara operator Selular menawarkan paket berlangganan kuota Gigabyte data per bulan, misalnya 2 Gbyte atau 10 Gbyte per bulan, sesuai dengan paket berlangganan paska bayar atau paket prabayar yang dipilih. Layanan fixed dan mobile broadband internet saling melengkapi, yang kita butuhkan agar kontinuitas penggunaan internet terjamin, sehingga WFH atau PJJ berjalan lancar.

Device merupakan peralatan untuk mengakses atau mengirim data/informasi, dapat berupa Smart TV, Laptop, Desktop Computer, Smartphone dan Tablet, yang terhubung ke Network melalui WiFi router. Semakin banyak orang tinggal di satu rumah maka semakin banyak device yang aktif pada saat bersamaan sehingga kecepatan akses internet menurun. 

Dari pengalaman yang dilakukan salah satu operator fixed broadband internet, terdapat 7 device yang aktif dalam satu rumah di kecepatan 10 Mbps selama masa pandemi Covid-19.

Akibatnya, banyak pelanggan yang mengeluh, karena pada saat yang bersamaan ada 2 orang atau lebih yang melakukan conference call, ada yang menonton YouTube dan ada pula yang bermain medsos.

Proses perjalanan pengiriman data

Aplikasi merupakan software yang disediakan pengembang untuk kita akses, misalnya aplikasi medsos (Facebook, WA, Signal, Telegram, Instagram dan Tiktok), konten musik dan Video (misalnya Spotify, YouTube, Netflix, Disney dan TV cable), konten e-Commerce dan ride hailing (misalnya Tokopedia, Bukalapak, Gojek dan Grab), aplikasi payment (misalnya Gopay, LinkAja, OVO dan Dana), live event seperti sport, aplikasi khusus untuk video conference (misalnya Zoom, Google Meet dan Webex) serta berbagai aplikasi lainnya untuk menunjang kegiatan perkantoran dan gaya hidup. 

Software aplikasi ini berada di cloud dengan data centre bisa berada di Indonesia, namun pada umumnya server aplikasi yang populer berada di luar negeri.

Hal ini menyebabkan akses ke data-center menjadi berat manakala banyak orang yang mengaksesnya secara bersamaan.

Ibarat jalan tol yang dapat menjadi macet karena banyaknya mobil yang lewat. Secara khusus konten video seperti YouTube, TikTok, Netflix, TV Cable dan aplikasi video lainnya, membutuhkan byte data yang besar, dibandingkan dengan aplikasi berbasis teks. Ibarat truk, video memiliki muatan yang besar dan perjalanannya panjang, sehingga perlu dikelola secara optimal. 

Misalnya seorang pelanggan yang mau menonton YouTube dari Sorong, Operator Internet harus menyediakan kanal transmisi dari Sorong ke Jakarta hingga ke data center YouTube terdekat di luar negeri.

Perjalanan panjang pengiriman data ini dapat mengalami hambatan di berbagai tempat sehingga ada kalanya terjadi buffering atau tanda lingkaran berputar-putar di layar device kita.

Operator fixed maupun mobile broadband internet senantiasa berupaya menambah kapasitas jaringan dan melakukan optimalisasi pengiriman dan penerimaan data agar hasilnya cepat dan berkualitas.

Namun hal ini akan berdampak kepada peningkatan biaya investasi dan operasional jaringan, sehingga perlu dilakukan secara selektif berdasarkan prioritas. Operator Internet memiliki QoS (Quality of Service) system yang dapat membedakan kualitas atau prioritas layanan.

Dukungan operator internet

Pembedaan kualitas layanan ini tentunya berdampak terhadap harga berlangganan.

Selama setahun ini kita telah ditolong oleh internet untuk dapat bekerja, belajar dan menikmati hiburan serta memperdalam perjalanan spiritual kita.

Semua hal ini dapat berjalan cukup efektif berkat dukungan para Operator Internet, dimana salah satunya layanan dari Telkom adalah IndiHome. IndiHome telah bekerja keras untuk memperluas jaringan internet ke seluruh pelosok tanah air dan memberikan pelayanan terbaiknya agar kegiatan WFH dan PJJ dapat menjangkau seluruh masyarakat Indonesia.

Yang terbaru, Telkom telah memperluas jangkauan Wifi Corner bebas biaya ke Papua, khususnya untuk mendukung PON 2021 di Papua. Hingga akhir tahun 2020, IndiHome telah menjangkau 96,5 % kabupaten/kota atau tepatnya 496 kota. Lebih spesifiknya telah menjangkau 72,1 % kecamatan atau 5.115 dari 7.094 kecamatan di seluruh nusantara.

Kepercayaan masyarakat akan IndiHome cukup tinggi, terlihat dari 8 juta pelanggan pada tahun 2020 dan menguasai 85 % market share layanan fixed broadband. Namun IndiHome tetap saja dikeluhkan pelanggannya baik tentang pemasangan baru, maupun kualitas layanannya.

Saat ini IndiHome terus berbenah untuk meningkatkan Customer Experience yang menyenangkan, dengan memperbaiki proses business di seluruh value chain, mulai dari kegiatan explore, buy, activate, use, pay, get support dan terminate.

Kita mengharapkan agar Operator fixed broadband internet yang lain juga agar mengembangkan layanannya ke seluruh wilayah nusantara, sehingga terjadi kompetisi yang sehat antar Operator Internet, yang pada akhirnya memberikan kualitas pelayanan terbaik kepada pelanggan.

Internet telah menjadi nafas kehidupan kita dalam beraktivitas dari mana saja, khususnya bagi generasi millennial dan Z yang harus selalu on.

Apa yang menjadi tanggungjawab kita sebagai pengguna internet? Jaringan internet memiliki kapasitas yang terbatas, sama seperti listrik dan air, kita harus menggunakannya secara efektif dan efisien.

Harga infrastruktur dan biaya pemeliharaan jaringannya cukup mahal, Operator Internet harus memiliki keuntungan yang memadai agar bisa menjaga dan meningkatkan mutu layanannya.  Masyarakat perlu dididik agar menggunakan internet secara bijak, antara lain menggunakannya untuk hal-hal yang produktif dan mendidik.

Misalnya, internet digunakan pagi hari untuk WFH dan PJJ serta sore/malam hari untuk belajar mandiri, menikmati hiburan dan memperdalam spiritual kita. Penggunaan medsos sebaiknya dibatasi untuk hal-hal yang positif, menghindari hoax dan tidak asal mem-forward.

Bila device pengguna internet di rumah banyak, maka sebaiknya tingkatkan kecepatan layanannya. Sebaiknya pelanggan perlu meningkatkan kecepatan internetnya, misalnya dari 10 Mbps menjadi 30 Mbps.

Petugas PLN saat memeriksa meteran listrik di suatu rumah susun di Jakarta.

KPK Temukan Data 10,6 Juta Penerima Subsidi Listrik Tak Tepat Sasaran, Nilainya Capai Rp 1,2 Triliun

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK) mengaku menemukan penyaluran subsidi listrik yang tidak tepat sasaran.

img_title
VIVA.co.id
13 November 2024