Makin Bertaji di Tengah Badai Pandemi
- Freepik
VIVA – Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) selama pandemi COVID-19 di seluruh dunia telah membawa dampak yang cukup signifikan terhadap penurunan aktivitas bisnis dan perekonomian di hampir semua lini usaha.
Salah satunya sektor bisnis eceran, khususnya brand dan bisnis ritel. Namun, mengutip hasil riset dari perusahaan teknologi otomatisasi data ritel, Eyos – dahulu Emporio Analytics Indonesia, yang mengukur data real-time dari dua ribuan toko Modern Trade Independent (MTI) ternyata tidak semua brand dan peritel mengalami penurunan omzet usaha selama pandemi COVID-19.
Baca: Netflix atau Disney Plus, Kamu Pilih Nonton Mana?
“Berdasarkan data kami justru menyebutkan beberapa brand dan peritel Modern Trade Independent masih bisa mempertahankan angka penjualannya dengan stabil, bahkan ada yang bisa growth up," ujar Country Manager Eyos, Soon Lee, Sabtu, 6 Maret 2021.
Hal ini karena mereka jeli dan konsisten dalam menjalankan strategi pemasaran di saat situasi pasar yang suram akibat pandemi. "Jadi, sebenarnya masih bisa di-create menjadi peluang yang positif," paparnya.
Riset pasar dilaksanakan selama September hingga Oktober 2020 terhadap lebih dari dua ribu minimarket dan supermarket lokal di seluruh Indonesia dengan cara pengumpulan data konsumen secara real-time saat pembayaran di meja kasir.
Hasilnya ditemukan bahwa kategori besar seperti mie instan, susu dan minyak goreng, masih menunjukkan tren stabil cenderung positif dibandingkan sebelum pandemi COVID-19.
Untuk kategori yang berhubungan dengan sanitasi dan imun mengalami peningkatan yang cukup masif. Menariknya lagi, untuk bisnis toko ritel MTI tidak menunjukkan penurunan. Tetap ada toko ritel yang mencatat angka pertumbuhan omzet yang melejit.
"Di sini kami melihat justru ketika aktivitas ekonomi shutdown gara-gara pandemi tapi bisnis minimarket dan supermarket mandiri skala lokal tumbuh pesat dan menjamur di berbagai kota dan kabupaten di seluruh Indonesia. Mereka bersaing dengan merek jaringan nasional seperti Indomaret, Alfamart, dan Alfamidi," jelas Lee.
Ia melanjutkan bahwa itu karena mereka menerapkan strategi pemasaran yang tepat dan cepat. Sebelumnya, Wakil Ketua Aprindo Fernando Repi secara umum mengungkapkan bahwa memang bisnis ritel meleset jauh dari yang diharapkan karena pandemi COVID-19.
Namun, kata Nando, berbeda dengan ritel modern dan minimarket, baik skala nasional maupun lokal, justru lebih tahan terhadap krisis karena lebih adaptif. "Selain lokasinya yang dekat dengan lingkungan masyarakat dan adaptif, mereka juga bisa menyesuaikan dengan keadaan," ujar dia.