Palapa Ring Merangkai Indonesia sebagai Negara Kepulauan
- Twitter @jokowi
VIVA – Presiden Joko Widodo meminta Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate untuk memperluas pemanfaatan Tol Langit atau Palapa Ring untuk tidak hanya berhenti sebagai backbone saja tapi tersambung sampai ke rumah tangga.
"Tujuan investasi besar di Palapa Ring agar bisa dimanfaatkan masyarakat yang kini sangat dibutuhkan di masa pandemi COVID-19," ujarnya, dalam acara Peluncuran Program Konektivitas Digital 2021 dan Prangko Seri Gerakan Vaksinasi Nasional COVID-19, Jumat, 26 Februari 2021.
Baca: Jokowi Dorong Transformasi Digital Jutaan UMKM
Jokowi juga mengapresiasi kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika terhadap pembangunan Palapa Ring tapi ia masih mengantongi beberapa catatan. Utilisasi Palapa Ring harus ditingkatkan, jangan hanya 50 persen saja.
Ia melanjutkan bahwa utilisasi di Indonesia Tengah dan Indonesia Timur masih sekitar 20 persen, oleh sebab itu harus digenjot. Palapa Ring yang dibangun pemerintah bukan hanya untuk kepentingan ekonomi semata saja, tetapi untuk merangkai Indonesia sebagai negara kepulauan.
"Kita harus mempercepat pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, mendukung sinergi budaya nusantara, memperkokoh kesatuan dan persatuan sebagai sebuah bangsa besar," tegas Jokowi.
Pembangunan konektivitas digital telah diupayakan pemerintah melalui berbagai macam program, seperti penyediaan kapasitas satelit multifungsi pemerintah, Satelit Satria, serta pembangunan menara Base Transceiver Station (BTS).
Transformasi digital merupakan solusi cepat dan strategis untuk membawa Indonesia menuju masa depan. Tapi, menurut Presiden Joko Widodo, masyarakat juga harus menciptakan kedaulatan dan kemandirian digital serta memastikan transformasi tidak hanya menguntungkan pihak luar dan menambah impor.
Dalam transformasi digital, Indonesia harus mendorong Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN), pemakaian produk-produk dalam negeri dan juga mendorong penguasaan teknologi mutakhir oleh anak bangsa.
"Kita bukan bangsa yang menyukai proteksionisme. Sebab, sejarah membuktikan proteksionisme itu merugikan. Tapi kita tidak boleh menjadi korban dari raksasa teknologi dunia," ungkap Jokowi.