Kesalahan Ini Sering Dilakukan Orang saat Nonton Video Porno
- dok. pexels
VIVA – Sebuah survei mengatakan, pornografi adalah sumber informasi terbaik tentang bagaimana berhubungan seks. Survei tersebut merangkul mereka yang berusia 18 hingga 24 tahun, di mana seperempatnya menyebut pornografi sebagai sumber informasi yang paling berguna tentang bagaimana berhubungan seks.Â
Dilansir dari situs Live Science, Rabu 27 Januari 2021, penemuan ini menunjukkan perlunya pendidikan lebih lanjut tentang hubungan seksual yang sehat dan tentang apa pornografi itu, kata pemimpin studi, Emily Rothman.Â
"Pornografi diciptakan untuk hiburan. Pencipta pornografi fokus pada keuntungan, bukan pada apa yang instruksional. Itu fantasi," ujarnya.Â
Perkembangan situs porno streaming gratis telah membuat konten lebih mudah untuk diakses, meningkatkan kekhawatiran tentang dampak pornografi terhadap remaja dan para dewasa muda.Â
Rothman mengatakan, ada keprihatinan dari berbagai sudut, bahwa semakin banyak anak muda yang beralih ke pornografi untuk mendapatkan informasi tentang bagaimana berhubungan seks.Â
Dia dan rekan-rekannya telah bekerja selama bertahun-tahun memberi literasi pornografi untuk remaja. Konsep di balik literasi ini bukanlah untuk mempermalukan orang yang tertarik pada pornografi atau untuk mengawasi konten yang mereka tonton.Â
Sebaliknya, pelatihan dan kursus bertujuan untuk membantu mereka memahami alasan melihat konten yang tidak mewakili hubungan yang sehat dan suka sama suka, serta untuk membangun komunikasi antara pasangan.Â
"Salah satu masalah dengan orang-orang yang mengambil informasi dari pornografi dan bukan dari pasangannya adalah, mereka bisa keliru dalam berasumsi, bahwa tindakan seksual tertentu yang mereka lihat di pornografi akan menimbulkan respons yang menyenangkan bagi pasangan mereka dan mencobanya tanpa meminta persetujuan," katanya.Â
Analisis konten yang diterbitkan dalam jurnal Archives of Sexual Behavior memeriksa lebih dari 4.000 video di situs pornografi streaming gratis. Ditemukan bahwa antara 35-45 persen berisi adegan seksual kekerasan yang terjadi pada perempuan.Â
Adegan-adegan ini jarang menunjukkan adanya negosiasi persetujuan antara pasangan, atau mengambil tindakan pencegahan keamanan lainnya.Â