Rekayasa Genetika Jadi Solusi Masalah Pangan

Ilustrasi: Pemilik kebun hidroponik merawat tanaman sayur selada
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Agvi Firdaus

VIVA – Jumlah penduduk Indonesia 15 tahun lagi diprediksi akan mencapai 300 juta jiwa. Salah satu faktor yang harus diperhatikan, yakni soal ketahanan pangan.

Kejar Target Swasembada Pangan, Kadin Sinergikan Stakeholder Kelautan dan Perikanan

Head of Food Science and Nutrition International Institute for Life Sciences, Agus Budiawan Naro Putra mengatakan bahwa kondisi geografis dan demografis di Indonesia yang beragam membuat kerentanan pangan menjadi sebuah isu serius.

Belum lagi adanya perubahan iklim, yang berujung pada banjir dan mengakibatkan gagal panel. Ditambah, serangan hama masih marak terjadi di beberapa wilayah.

Daftar Harga Pangan 17 Desember 2024: Beras hingga Daging Sapi Naik

“Aspek ketersediaan pangan, akses terhadap pangan dan pemanfaat pangan menjadi indikator dan faktor risiko yang berdampak pada kerawanan pangan,” ujarnya melalui keterangan resmi, dikutip Senin 30 November 2020.

Menurut Agus, ada tiga hal utama yang bisa jadi solusi mencegah permasalahan pangan di Indonesia. Yakni distribusi, diversifikasi dan produksi.

Program Makan Bergizi Gratis Bisa Dorong Ekonomi Lokal?, Ini Caranya!

Mengenai distribusi, Agus menyatakan bahwa satu dari enam orang di dunia saat ini mengonsumsi makanan yang berlebih. Sementara, jumlah mereka yang kelaparan juga sama perbandingannya.

Untuk itu, diperlukan adanya sistem distribusi pangan dari yang berlimpah ke yang sangat kekurangan. Sistem juga harus bisa menangani kemungkinan adanya kerusakan makanan selama proses transportasi.

Contoh diversifikasi pangan adalah dengan mengonsumsi hasil laut atau perairan, yang didapatkan dari kegiatan penangkapan ataupun yang dihasilkan dari kegiatan budidaya, sebagai sumber protein utama. 

“Selain itu, kita juga dapat mempromosikan konsumsi pangan non-beras sebagai sumber karbohidrat seperti singkong, jagung, ubi, talas, dan lain sebagainya,” tuturnya.

Untuk produksi, ada banyak cara yang bisa dilakukan. Contohnya, melibatkan ilmu bioteknologi, khususnya rekayasa genetika untuk menambah nutrisi atau membuat pangan jadi tahan lebih lama.

Menurut Agus, ilmu pangan ke depan akan berperan penting dalam membantu ketahanan pangan Indonesia, khususnya membantu perbaikan kualitas konsumsi dan gizi masyarakat.

“Semua pada akhirnya akan bermuara pada peningkatan status kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia,” jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya