Analisis Statistik untuk Hitung Keberhasilan Pengujian Vaksin Corona
- Pixabay/viarami
VIVA – Pfizer dan BioNTech baru saja merilis hasil sementara dari uji coba vaksin Virus Corona COVID-19. Meskipun tidak menjadi vaksin satu-satunya, namun pengujian ini telah memberi antusiasme kepada seluruh dunia.
Dari situs Science Alert, Minggu, 15 November 2020, tidak mudah untuk mengetahui seberapa efektif suatu vaksin Corona. Pertama, peneliti perlu mengetahui apakah hanya dengan menyuntik dapat membantu. Uji coba dapat melibatkan sejumlah besar orang, dengan setengah dari peserta mendapat vaksin, dan setengahnya diberi plasebo.
Baca: Pasangan Ilmuwan Suami Istri Sukses Ciptakan Vaksin Corona Pertama
Kemudian, mereka akan terkena infeksi dan diharapkan vaksin bisa melindungi mereka. Dalam beberapa kasus, seperti HIV atau Ebola, memberi plasebo secara etis menimbulkan kontroversi karena memiliki tingkat kematian yang tinggi.
Sedangkan untuk COVID-19, peneliti mengandalkan infeksi alami karena tidak ada peneliti yang secara sengaja memaparkan virus ke partisipan. Uji coba Pfizer/BioNTech melibatkan 44 ribu peserta dengan 21.999 yang diberi vaksin Corona.
Peneliti mengunakan analisis statistik untuk mengetahui apakah vaksin bekerja atau tidak seiring bertambahnya kasus. Jika jumlah kasusnya kecil, tidak akan jelas perbedaan antara plasebo dan kelompok yang divaksin.
Ahli statistik menggunakan 'analysis power' untuk menemukan berapa banyak kasus yang perlu diamati. Untuk vaksin Pfizer/BioNTech targetnya adalah 164 kasus untuk memperkirakan keampuhan vaksin.
Tapi asumsi keefektifannya hanya 60 persen. Ada 94 kasus yang dilaporkan dan 86 kasus pada kelompok plasebo. Persentase kemanjuran diantara kelompok yang divaksin mencapai 90 persen.
Meskipun jumlah kasusnya relatif kecil, tapi analisis statistik memungkinkan para peneliti memperkirakan apa yang terjadi jika vaksin Corona diluncurkan. Uji coba mencakup usia yang berbeda serta peserta yang berasal dari berbagai etnis.