Transformasi Digital Bergerak Lambat
- Pixabay/hamonazaryan1
VIVA – Pandemi COVID-19 telah mengubah cara hidup masyarakat Indonesia dan dunia, sehingga transformasi digital semakin tak terelakkan. Penggunaan aplikasi online untuk belajar, bekerja, konsultasi kesehatan, dan ritel pada saat ini meningkat pesat.
Kendati demikian, menurut IMD World Digital Competitiveness Ranking 2020 menyebutkan, daya saing digital Indonesia masih ada di peringkat 56 dari 63 negara yang disurvei. Angka ini masih sama jika dibandingkan tahun lalu.
Meski begitu, peringkat Indonesia naik, tapi dari sisi future readiness (kesiapan di masa depan). Namun, terjadi penurunan pada sisi teknologi dan pengetahuan, di mana jika dibedah terdapat sub-sektor talenta serta sub-sektor pendidikan dan pelatihan yang menurun.
Menurut Kepala Eksekutif Data Academy, Luthfy Ardiansyah, data science & AI telah merambah setiap bidang industri. Keduanya memainkan peran penting dalam mengubah data menjadi aset sebagai bagian dari pencapaian transformasi digital. Talenta yang menguasai area data science & AI menjadi sangat dibutuhkan di dunia maupun Indonesia.
“Transformasi digital sejatinya melibatkan tiga aspek yakni teknologi, data, dan manusia. Aspek manusia seperti budaya dan talenta digital yang mesti disiapkan, di mana keduanya menjadi bagian pentingnya dalam data analytics. Karena, hal ini menyangkut kesiapan ketrampilan (soft skill) maupun pola pikir (mindset)," ungkap dia, Kamis, 22 Oktober 2020.
Luthfy menyebut bahwa menyiapkan talenta di area data science & AI di sebuah perusahaan memerlukan adaptasi bukan hanya di area penguasaan teknologi, tapi juga perlu perubahan pola pikir.
Artinya, semua informasi dan keputusan yang ada di perusahaan harus berdasarkan fakta dan analisa data, dengan dukungan teknologi data science & AI. “Sebagian besar perusahaan yang telah sukses menerapkan tranformasi digital, karena mereka mau mengubah strategi bisnisnya serta berinvestasi melalui pelatihan,” ujarnya.
Luthfy juga mengakui masih ada kesenjangan yang lebar atau gap antara kebutuhan industri akan talenta bidang data science & AI dengan ketersediaan yang disiapkan oleh dunia pendidikan. Perguruan tinggi mempunyai tantangan guna menyusun kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan industri.
Salah satu perusahaan lokal besar yang serius berinvestasi dalam data analytics adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Vice President EDM Group Bank Mandiri, Grace Winnee Malia Sitompul, mengaku terus meningkatkan kompetensi seluruh karyawan bank pelat merah itu lewat berbagai pelatihan guna mendukung data-driven culture decision making.
"Kami bekerja sama dengan Data Academy untuk mengadakan program kursus data analytics secara masif untuk meningkatkan kemampuan (up scalling) dan mengembangkan kompetensi karyawan. Mulai dari unit kerja di kantor cabang hingga kantor pusat," jelas dia.