Ada Cara Menyelamatkan Es Kutub Utara
- Airlink Alaska
Meski begitu, beberapa ahli biologi khawatir akan potensi efek pada makhluk yang berada di rantai makanan paling bawah Arktik.
Tergantung pada seberapa banyak sinar yang dipantulkan butiran-butiran silika ini, mereka bisa saja menghambat sinar matahari untuk plankton-plankton yang berfotosintesis, seperti diatom – alga yang hidup di dasar dan sekitar es laut.
“Setiap perubahan pada keberadaan plankton dapat merusak jejaring rantai makanan dan memiliki efek tak terduga pada beragam organisme, dari ikan hingga anjing laut dan beruang kutub,” kata Karina Giesbrecht, ahli kimia dan ekologi laut di Universitas Victoria Kanada yang telah mempelajari peran silika di ekosistem Arktik.
“Selain itu, bola-bola silikon ini berukuran serupa dengan diatom, yang merupakan makanan zooplankton yang dikenal dengan nama copepods,” ujar Giesbrecht.
Apabila butiran kaca jatuh ke kolom air, copepods mungkin akan memakan mereka karena mengira itu diatom, tanpa mendapatkan nutrisi apapun.
Dalam kasus terburuk, copepods bisa kelaparan, dan akhirnya memberikan efek domino pada anggota ekosistem Arktik yang lain.
Sejauh ini, Field telah menggunakan butiran kaca yang mengambang (meski beberapa akhirnya tenggelam setiap musim), dan dia berencana untuk mengetes efeknya pada ekosistem plankton.
Jika ditemukan efek yang membahayakan, dia akan mencari cara lain untuk membuat butiran kaca lebih aman secara ekologis, katanya. Salah satu opsi yang dipertimbangkannya adalah apakah dia akan mengubah komposisinya sehingga butiran kaca bisa larut seiring waktu.
Masih ada banyak pertanyaan lain yang harus dijawab oleh Field dan timnya, yang dalam waktu dekat akan melakukan pengujian lebih lanjut di kolam air laut di Alaska, untuk meyakinkan dunia bahwa pendekatannya aman dan efektif.
Salah satu yang mempertanyakan metode butiran kaca ini adalah Mark Serreze, ilmuwan iklim yang memimpin Pusat Data Salju dan Es Nasional di Universitas Colorado AS.