Bukalapak, Tokopedia dan Bhinneka Korban Hacker, BSSN: Ini Realita

Hacker
Sumber :
  • BusinessBlogs Hub

VIVA – Badan Siber dan Sandi Negara atau BSSN mengingatkan pengguna agar hati-hati memakai cloud computing atau komputasi awan. Sebab, di balik banyak manfaat juga terdapat ancaman dari hacker. Direktur Pengendalian Informasi, Investigasi dan Forensik Digital BSSN, Bondan Widiawan, cloud computing memang menawarkan efisiensi lewat praktik kolaborasi sehingga memudahkan dalam berinteraksi.

Talitha Curtis Santai Tanggapi Ibu Angka Ancam Bongkar Aibnya, Sudah Punya Backingan

Kolaborasi yang dimaksud antara lain data yang tersimpan di infrastruktur komputasi awan bisa diakses oleh banyak perangkat. Itu sebabnya pemanfaatan cloud computing dapat dimanfaatkan oleh berbagai sektor.

“Hampir semua bidang bisa memanfaatkan teknologi ini. Apalagi sekarang kita lihat saat pandemi COVID-19 sekarang, khususnya sektor pendidikan. Dari data BSSN kita bisa lihat bagaimana peningkatan daring, webinar, serta pembelajaran jarak jauh sudah menjadi tren,” katanya, Jumat, 9 Oktober 2020.

Lembaga-lembaga Penting di Asia Tenggara jadi Target Kelompok Hacker yang Berbasis di Tiongkok?

Namun begitu, Bondan mengingatkan, cloud computing juga menghadirkan ancaman atau kerentanan. Ia mengaku telah mengidentifikasi 3 hal yang menjadi kerentanan terhadap teknologi ini, sehingga menjadi makanan empuk bagi hacker:

Pertama, mengutip data dari McAfee, Bondan mengatakan ancaman dari eksternal melonjak 630 persen, di mana yang terbesar dari kolaborasi Microsoft 365 adalah yang terkait dengan orang-orang yang berusaha menyusup ke sistem tersebut.

Clara Shinta Tak Gentar Ancaman, Tetap Tunjukkan Kehidupan Sebagai Santriwati

“Jadi, pada saat kita menggunakan (Microsoft) Office itu memudahkan kita berinteraksi dari mana saja, kapan pun bisa. Kemudian, ditemukanlah apa yang dinamakan anomalous location. Lokasi yang berjauhan jaraknya tapi akses loginnya melakukan login dari tempat yang belum teridentifikasi terlebih dahulu," ungkap dia.

Kedua, ancaman terhadap superhuman. Menurut Bondan hal itu seperti melakukan login dari tempat yang berbeda, dalam waktu yang hampir bersamaan, tapi sebenarnya sangat tidak mungkin.

“Misalnya saya ada di Singapura. Saya login dari sana. Lalu dua menit kemudian saya login dari Amerika Serikat. Ini kemudian tertangkap oleh sistem yang mengindikasikan adanya sebuah anomali,” tuturnya.

Ketiga, terkait dengan penyelidikan forensik digital ketika terjadi kejahatan terhadap sistem komputasi awan. Untuk kasus yang terakhir ini, Bondan mengaku jika aparatnya terkadang menghadapi kesulitan saat hendak mengambil data.

“Karena cloud computing tempatnya tidak berada di kita tapi nun jauh di sana. Ini akan menyulitkan kita pada saat berinteraksi. Ini pula menjadi salah satu poin dasarnya,” kata Bondan.

Selain tiga hal itu, ada risiko lainnya, yaitu pencurian informasi atau data oleh hacker. Menurut Bondan, teknologi apapun tidak terhindari dari risiko negatif. Untuk menghindari dari ancaman pencurian informasi akibat ulah hacker, maka harus menerapkan tata kelola yang baik.

“Kita lihat sepanjang tahun 2019-2020. Bukalapak, Tokopedia, dan Bhinneka.com mengalaminya (korban pencurian data oleh hacker). Ini realita, fakta. Jadi, harus ada standard sistem tata kelola. Lalu, apakah sistem ini sudah diimplementasikan di perusahaan atau organisasi kita? Kalau belum maka sulit dilakukan proteksi," tegas Bondan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya