Indonesia Jangan Mau Kalah Sama Swiss

Pembangkit Listrik Panas Bumi yang merupakan bagian dari energi terbarukan.
Sumber :
  • Dok. NREL

VIVA – Pandemi COVID-19 berdampak pada penggunaan energi batu bara di seluruh dunia. Menurut Ketua Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia, Surya Darma, beberapa negara sampai menurunkan penggunaan salah satu energi fosil yang tidak dapat diperbarui tersebut.

Di Hadapan Sekjen PBB, Prabowo Tegaskan Komitmen Indonesia terhadap Energi Terbarukan

"Mereka (negara) mematikan pembangkit listrik tenaga uap batu bara. Saat ekonomi mulai pulih akibat pandemi mereka akan beralih ke energi terbarukan," kata dia, dalan konferensi pers virtual, Kamis, 24 September 2020.

Surya memprediksi jika pandemi COVID-19 akan mempercepat pemakaian energi terbarukan dari rencana sebelumnya. Misalkan saja, tahun ini sampai lima tahun ke depan, negara-negara di seluruh dunia akan mengurangi penggunaan energi fosil di sektor kelistrikan hingga 50 persen

Jangan Malu Kentut! Ini 5 Manfaat Kentut yang Akan Membuat Kamu Lebih Sehat

"Indonesia menargetkan (pengurangan energi fosil untuk kelistrikan) sekitar 33 persen. Ini semua harapan dan mudah-mudahan bisa tercapai," ungkapnya. Adapun target dari 2025 hingga 2050, pengurangan energi fosil akan sangat signifikan dari 50 hingga 86 persen.

Bahkan, lanjut Surya, beberapa negara sudah mencanangkan pengurangannya sampai 92 persen. Menurutnya, target itu bisa menjadi peluang dan bukan tantangan karena Indonesia memiliki seluruh energi terbarukan yang dibutuhkan.

Bappenas Ungkap Sederet Target Jokowi yang Tidak Tercapai

"Negara kita punya enam kluster energi terbarukan yang sangat komplit. Mulai dari biomassa, air, matahari, angin, panas bumi, dan gelombang laut," jelas Surya. Ia lalu memberi contoh Swiss yang siap menggunakan 100 persen energi terbarukan pada 2050, padahal tidak punya energi yang komplit.

"Harusnya Indonesia bisa mencapai target itu karena sumber dayanya yang sangat mencukupi. Kita punya semuanya. Nah, semua sumber daya ini kemudian disinergikan dengan program (pemerintah) dan tren dunia. Mestinya bisa kita manfaatkan," papar dia.

Seperti diketahui, Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen pada 2030 atau setara dengan 834 juta ton. Sektor emisi menyumbang sekitar 50 persen atau 314 juta ton, di mana salah satu upaya penurunannya melalui pemanfaatan energi terbarukan.

Direktur Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Hariyanto, menyampaikan bahwa, Indonesia membutuhkan anak-anak muda kreatif dan inovatif untuk mengembangkan model bisnis energi terbarukan yang dapat diimplementasikan di Tanah Air.

"Pemerintah punya target menurunkan emisi. Ini bisa menjadi kesempatan bagi anak muda untuk mulai melibatkan diri di industri energi terbarukan," kata Hariyanto.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Program New Energy Nexus Indonesia, Diyanto Imam, mendorong terbentuknya perekonomian berbasis energi bersih dan terbarukan yang bisa diakses oleh seluruh masyarakat.

"Visi ini kami upayakan bisa terwujud melalui misi berupa dukungan kepada wirausaha dan startup untuk berinovasi dan melahirkan ide teknologi dalam memanfaatkan energi terbarukan sebagai solusi yang tidak hanya mengatasi emisi gas rumah kaca, tapi juga menciptakan lapangan pekerjaan berkualitas," tutur Imam.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya