Negara-negara yang Ikhlas Bentuk Pasukan Khusus Penjaga Luar Angkasa
- Zedge
VIVA – Pasukan khusus ternyata tak hanya untuk menjaga kedamaian di Bumi saja, namun sudah merambah ke luar angkasa. Ini bukanlah sebuah cerita film bergenre fiksi ilmiah namun memang kenyataannya sejumlah negara sudah membentuk timnya sendiri saat ini.
Cerita ini semua bermula dari Amerika Serikat (AS) yang menjadi negara pertama yang memiliki pasukan khusus ini pada Desember 2019. Angkatan Luar Angkasa menjadi cabang militer baru yang fokus untuk melindungi satelit dan aset negara di antariksa.
Baca: Emang Cuma Amerika, Jepang juga Punya Pasukan Khusus Luar Angkasa
Artinya, pasukan ini bertugas menjaga keamanan nasional hingga komunikasi sehari-hari namun dari luar angkasa. Menyusul AS, sejumlah negara seperti Prancis, Kanada, dan Jepang juga ikut menciptakan pasukan luar angkasa.
"Tidak ada yang menginginkan adanya perang di luar angkasa," kata Komandan Pasukan Antariksa AS, Mayor Jenderal John Shaw, seperti dikutip VIVA Tekno dari laman Space, Selasa, 15 September 2020.
Menurutnya, ancaman yang diterima Angkatan Luar Angkasa AS bukan lagi secara teoritis dan sudah mulai bermunculan. Ia mencontohkan ketika Angkatan Luar Angkasa mendeteksi adanya misi antisatelit yang dilakukan Rusia di orbit rendah Bumi. Ancaman ini terjadi pada April dan Juli tahun ini.
Ancaman itu, menurut Shaw, adalah sesuatu yang nyata dan terus berkembang. Ketakutan ini bukan hanya ada di Amerika Serikat tapi juga pada negara lainnya. Pernyataan Shaw ini didukung oleh Komandan Pasukan Luar Angkasa Prancis, Mayor Jenderal Michel Friedling serta Komandan Komponen Luar Angkasa Kanada Brigadir Jenderal Mike Adamson.
"Kami ingin mempertahankan posisi kami," ungkap keduanya. Jepang juga mengambil langkah yang sama. Angkatan Udara Jepang (Japan Air Self Defense Force/Koku Jieitai) meresmikan matra barunya itu bernama Space Operations Squadron (Skuadron Operasi Luar Angkasa) pada 18 Mei lalu.
Pasukan khusus luar angkasa Jepang ini berdiri di tengah-tengah kekhawatiran bahwa China dan Rusia sedang mencari metode untuk mengganggu, menonaktifkan atau menghancurkan satelit, seperti menggunakan rudal anti satelit hingga jamming komunikasi. Anggaran yang digelontorkan sebesar Rp5,3 triliun (300 juta poundsterling).