Jangan Takluk Sama E-Commerce Asing di Kandang Sendiri
- www.telkom.co.id
VIVA – Langkah PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk atau Telkom yang mengalihkan strategi bisnis e-commerce dari ritel (customer to customer/C2C), dengan menutup Blanja.com, ke segmen UMKM dan korporasi (business to business/B2B) dinilai sudah tepat.
Menurut Pengamat Telekomunikasi, Doni Ismanto Darwin, persaingan bisnis e-commerce, terutama sektor C2C, terbilang keras karena masyarakat masih tersihir oleh beragam promosi. Mulai dari cashback, diskon, hingga subsidi ongkos pengiriman sebagai daya tarik untuk belanja online.
"Telkom itu perusahaan terbuka dan BUMN. Orientasinya tetap laba bersih dan pendapatan. Sementara bisnis e-commerce kan yang diincar pertumbuhan transaksi (gross market value/GMV) yang butuh dana besar sebagai bensin. Tapi belum tentu laba bersih dan pendapatannya ikut positif," kata dia, Senin, 7 September 2020.
Doni melanjutkan, karena Telkom tetap ingin eksis di e-commerce maka mereka melirik B2B sebagai pasar yang menguntungkan (lucrative market) yang lebih bisa dikelola rantai pasoknya. "Ini tentu langkah yang rasional bagi Telkom," jelasnya.
Kendati demikian, ia mengingatkan agar pemerintah lebih jeli melihat kompetisi di industri e-commerce karena ekosistemnya kini semakin dikuasai asing.
"Platform pembayaran digital (payment) dan logistik mulai dikuasai asing. Tapi saya melihat pemain (e-commerce) lokal ada peluang di payment dan logistik. Kalau dilepas begitu saja, ya, siap-siap Indonesia hanya akan menjadi pasar. Jadi jangan sampai takluk begitu saja," tegas Doni.
Pada kesempatan terpisah, Pengamat Ekonomi Digital, Ignatius Untung, mengaku jika dilihat kategori di mana Blanja.com bermain memang ramai dan sangat ketat persaingannya.
"Totalnya ada 10 pemain lebih. Lima di antaranya sudah cukup dominan dan butuh investasi besar untuk mengejar mereka. Jadi dugaan saya Telkom berhitung dan mendapatkan hasilnya bahwa investasi di bidang itu Return On Investment (ROI) tidak sebaik ketika mereka masuk ke segmen B2B yang lebih sedikit pemainnya," tutur dia.
Ignatius juga melihat langkah keluar dari pasar C2C bukan karena mampu atau tidak mampu. Akan tetapi, Telkom dan ebay sebagai induk perusahaan dari Blanja.com punya uang untuk bisa bersaing.
"Hanya saja pada akhirnya kan kalau ngomong bisnis itu mana yang hitung-hitungannya lebih masuk akal," paparnya. Adapun menurut Daniel Tumiwa dan Luke Syamlan, keduanya sepakat jika Telkom menutup bisnis Blanja.com.
"Bagus. Karena, yang gagal cari pendanaan pasti akan tutup. Platform e-commerce sudah tutup untuk pemain baru, sudah terlalu mahal untuk masuk. Dari sisi investor pun quite happy, ya. Terbukti aksi korporasi Telkom itu bikin sahamnya naik," kata Daniel dan Luke.
Seperti diketahui, Blanja.com yang dikelola Telkom dan eBay mengumumkan adanya perubahan strategi bisnis yang dilakukan, sehingga terhitung mulai 1 September kemarin menghentikan seluruh kegiatan pembelian di portal tersebut. Lalu, terhitung 1 Oktober mendatang, Telkom hanya akan fokus pada bisnis e-commerce segmen B2B.