Penguak Kebocoran Data KPU dan Tokopedia Ngajak Kenalan di Linkedin

Hacker mengambil data pribadi korban.
Sumber :
  • TechCrunch

VIVA – Beberapa bulan lalu, sebuah akun Twitter bernama @underthebreach tiba-tiba jadi sorotan. Penyebabnya, cuitan yang diunggah mengungkapkan sejumlah kebocoran data di dunia, termasuk Indonesia.

KPK Temukan Data 10,6 Juta Penerima Subsidi Listrik Tak Tepat Sasaran, Nilainya Capai Rp 1,2 Triliun

Pemilik akun itu akhirnya mengungkap sosok aslinya. Pantauan VIVA Tekno, Senin 31 Agustus 2020, akun itu mengganti namanya menjadi Alon Gal.

"Saya membuka akun ini satu tahun lalu. Saya berencana untuk tetap anonim untuk memastikan keselamatan saya, namun saya memutuskan untuk memperkenalkan diri saya, jadi bisa terhubung dengan Anda, semua lebih personal. Nama saya Alon, saya menganggap Anda semua menjadi teman, hubungi saya Linkedin," tulis akun itu.

9 Cara Raup Cuan Jutaan Rupiah Lewat Afiliator, Bisa Jadi Ladang Uang Buat Ibu Rumah Tangga!

Tak lama setelah mengunggah perkenalan dirinya, sejumlah pengguna Twitter memenuhi kolom komentar. Salah satu warganet terkejut, karena akun itu bukan bot.

Dalam tautan akun Linkedin yang disertakan, Gal menuliskan berasal dari Israel dan saat ini bekerja sebagai Chief Technology Officer di perusahaan layanan dan teknologi informasi bernama Hudson Rock.

Privy Jalin Kerja Sama Penyediaan Tanda Tangan Elektronik pada Platform Kredit Online

Sebelumnya, akun ini sempat membongkar dugaan kebocoran data di Indonesia. Salah satu adalah kebocoran data KPU yang diungkap pada Mei lalu.

Akun @underthebreach mengungkapkan, jika data berisi nama, alamat, serta nomor KTP dan Kartu Keluarga masyarakat Indonesia. Saat itu dia juga menyatakan, siap membeberkan data yang sama dari 200 juta orang.

Akun yang sama juga mengungkap kemungkinan kebocoran data dari layanan e-commerce Tokopedia. Pada awal Mei, dia menyatakan ada 15 juta data pribadi pengguna yang bocor berisi email, kata sandi dan nama.

Keesokan harinya, @underthebreach menyatakan jika data yang bocor ada 91 juta pengguna. Data-data tersebut dijual dengan harga US$5 ribu.

AFTECH dan AFPI

Disaksikan OJK, Privy Bersama AFTECH dan AFPI Sepakat Tingkatkan Keamanan Fintech Nasional

Komitmen yang disepakati oleh Privy bersama anggota AFTECH dan AFPI lainnya, serta disaksikan langsung Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

img_title
VIVA.co.id
14 November 2024