Oumuamua Bikin Bingung Ilmuwan, Pesawat Alien atau Asteroid

Objek luar Tata Surya bernama Oumuamua.
Sumber :
  • www.news.sky.com

VIVA – Oumuamua merupakan obyek di luar angkasa yang ditemukan dua tahun lalu saat masuk ke sistem tata surya. Namun waktu berlalu para ilmuwan masih dibuat bingung oleh benda tersebut, malah ada yang menghubungkannya dengan alien.

Alam Semesta Tidak Terbatas, Alien Bisa Ada di Mana Saja

Salah satu yang menghubungkannya dengan dunia kehidupan di luar angkasa adalah astrofisikawan asal Universitas Harvard. Mengutip laman Live Science, Sabtu, 22 Agustus 2020, Oumuamua diduga didorong oleh mesin alien seperti lightsail, yakni mesin tipis yang berakselerasi saat didorong oleh radiasi matahari.

Baca: Pemburu Alien: Ada Pembunuhan di Planet Mars

Percaya atau Tidak, 10 Ras Alien Ini Pernah Berhubungan dengan Bumi 

Namun sebagian besar ilmuwan mematahkan argumen itu. Menurut mereka akselerasi Oumuamua disebabkan oleh fenomena alam. Pada Juni 2020, para peneliti memperkirakan jika ada hidrogen padat yang meledak tapi tidak terlihat dari obyek itu dan menyebabkan melaju semakin cepat.

Argumen itu lalu dibantah lagi oleh sebuah penelitian dari astrofisika di Korea Astronomy and Space Science Institute, Loeb dan Thiem Hoang. Mereka berargumen jika hipotesis soal hidrogen tidak bekerja di dunia nyata.

Astronot Bisa Cari Makan dari Asteroid

Masalah utama dari Oumuamua adalah sulit mengidentifikasi jenis obyeknya. Menurut ahli astrofisika Darryl Seligman, benda itu bergerak seperti komet namun tidak memiliki ekor, apalagi kendaraan alien.

"Oumuamua adalah obyek pertama yang masuk ke tata surya kita dan keluar lagi. Hal ini bertentangan dengan obyek tata surya yang mengelilingi matahari yang tidak pernah pergi meninggalkan lingkungannya," ungkapnya.

Dalam sebuah makalah, Seligman dan astrofisikawan asal Yale Gregory Laughlin memperkirakan jika obyek itu merupakan komet. Namun sebagian atau seluruh tubuhnya terdiri dari hidrogen, molekul ringan yang terdiri dari dua atom hidrogen (H2).

H2 ini membeku menjadi padat dengan keadaan minus 259,14 derajat celcius atau 14,01 derajat di atas 0 untuk atmosfer Bumi. Laughlin dan Seligman juga menuliskan dalam penelitiannya jika para peneliti sebelumnya sudah mengusulkan adanya gunung es hidrogen di luar angkasa.

Penelitian ini ditanggapi oleh Hoang dan Loeb dalam makalah terbarunya dan menyebutkan penjelasan gunung es hidrogen memiliki masalah mendasar.

Menurut mereka komet terbentuk dari butiran debu es yang saling menabrak di luar angkasa dan membentuk gumpalan. Lalu, gumpalan itu menarik lebih banyak debu lainnya. Menurut keduanya komet seperti manusia salju pada umumnya, hanya bertahan selama tidak meleleh.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya