Penyakit Berbahaya Ini Gak Ada Vaksinnya

Kamala Harris dan Joe Biden.
Sumber :
  • TRT World

VIVA – Kamala Harris resmi mendampingi Joe Biden menjadi calon wakil presiden dari Partai Demokrat Amerika Serikat (AS) pada Rabu, 19 Agustus 2020. Pencalonan ini bersejarah karena ia adalah perempuan kulit hitam dan orang Asia-Amerika pertama yang akan bertarung dalam kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) AS pada November mendatang.

Prilly Latuconsina Dihujat usai Sebut Banyak Wanita Independen tapi Dikit Pria Mapan, Begini Kata Pakar

Dalam sambutannya, perempuan kelahiran Oakland, California, 20 Oktober 1964 ini selalu ingat akan pelajaran berharga dari almarhumah ibunya, Shyamala Gopalan. Ia mengatakan jika ibunya telah menanamkan nilai-nilai dalam dirinya dan saudara perempuannya yang sangat berpengaruh dalam membentuk peta jalan hidup mereka.

“Dia membesarkan kami untuk menjadi perempuan kulit hitam yang bangga dan kuat. Dan dia membesarkan kami untuk mengetahui dan bangga dengan warisan leluhur India kami," kata Kamala, seperti dikutip dari situs Deutsche Welle, Sabtu, 22 Agustus 2020.

Presiden Joe Biden 'Menghilang' saat Sesi Foto Bersama KTT G20 di Brasil

Pelajaran ini lalu ia teruskan kepada masyarakat lebih luas dengan mengatakan bahwa dirinya memiliki visi bahwa 'Amerika adalah bangsa dengan komunitas yang dicintai, di mana semua orang diterima, tanpa peduli seperti apa penampilan kita, dari mana kita berasal, atau siapa yang kita cintai'.

Kini, tim kampanye Joe Biden berharap Kamala Harris dapat menggerakkan para pemilih muda (milenial) dan orang kulit berwarna di AS dalam ikut memilih, terutama setelah berlarutnya protes atas rasisme institusional dan kebrutalan polisi yang melanda negara mereka.

Kejagung Klaim Punya 4 Alat Bukti untuk Tetapkan Tom Lembong Tersangka Korupsi Impor Gula

Untuk itu, ia mengingatkan bahwa ada penyakit berbahaya yang tidak punya vaksin. Penyakit itu adalah rasisme. “Tidak ada vaksin untuk rasisme. Kita harus bekerja keras (untuk menghilangkannya),” tegasnya.

Kamala Harris memang datang dari keluarga yang terkenal akan kerja keras mereka, baik di Jamaika maupun di AS. Bila ibunya adalah peneliti kanker yang disegani, ayahnya yaitu Donald Harris adalah profesor emeritus di Universitas Stanford yang berasal dari Orange Hill, Jamaika, dan kemudian beremigrasi ke AS.

Tidak hanya ayah Kamala, banyak orang asal Orange Hill yang juga beremigrasi dan mencari kehidupan yang lebih baik di AS. Pencalonan Kamala Harris pada Rabu kemarin telah memberikan harapan baru untuk mereka. 

“Keluarga Harris adalah pekerja keras. Jadi perempuan itu sekarang, ketika saya mendengarnya, saya tertawa dan bersukacita,” kata Vita Stevenson, seorang pemilik toko berusia 75 tahun di Orange Hill.

Sebagai anak imigran yang berkulit gelap, Kamala telah dihadapkan pada masalah rasisme dan diskriminasi bahkan sejak usia taman kanak-kanak. Berdasarkan pengalaman serta berkat didikan orang tuanya, Kamala sejak kecil sudah tertarik pada masalah hak-hak warga sipil, khususnya kaum marjinal.

Setelah memperoleh gelar sarjana dari Howard University dan gelar sarjana hukum dari University of California, dia memulai karir di Kantor Kejaksaan Distrik Alameda County.

Kamala sangat cerdas, karirnya bersinar gemilang di California. Sejak 2004 hingga 2011, Kamala ditunjuk menjadi Jaksa Wilayah San Francisco. Saat itu ia memulai program yang memungkinkan para pelaku narkoba pemula untuk memperoleh ijazah sekolah menengah atas dan mendapatkan pekerjaan.

Setelah menyelesaikan dua kali masa jabatan sebagai Jaksa Wilayah San Francisco, Kamala terpilih sebagai perempuan Afrika-Amerika pertama sekaligus perempuan pertama yang menjabat sebagai Jaksa Agung California tahun 2011 hingga 2017.

Selama masa jabatan kali ini, Kamala Harris memenangkan gugatan sengketa senilai US$25 miliar atau Rp364 triliun bagi para pemilik rumah di California yang terkena dampak krisis penyitaan rumah pada masa depresi ekonomi di AS.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya