Indonesia Transformasi Digital, Ancaman Pengangguran di Depan Mata
![Menteri Ristek/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro.](https://thumb.viva.co.id/media/frontend/thumbs3/2019/11/28/5ddfa7a263587-menteri-ristek-kepala-badan-riset-dan-inovasi-nasional-bambang-brodjonegoro_665_374.jpg)
- Dokumentasi Kemenristek.
“Itu dua topik yang akan selalu sensitif dari sekarang sampai masa depan.“
Bambang pun mengatakan bahwa daya saing Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara lain. Berdasarkan Data Global innovation Index (GII) 2019, indeks daya saing global Indonesia berada di peringkat 50. Hal ini dipengaruhi karena rendahnya indeks inovasi global Indonesia. Dari 129 negara di dunia, Indonesia menduduki peringkat 85 dunia, bahkan terendah kedua di level ASEAN, di atas Kamboja.
“Tentunya inovasi tidak hanya sekadar di bidang iptek, karena ini akan mencakup kelembagaan, SDM-nya, dan juga proses bisnis,” ujar menteri berusia 53 tahun ini.
Potensi ekonomi digital Indonesia
Senada dengan Bambang, dalam kesempatan yang sama, Ketua Tim Pelaksana Dewan teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Wantiknas), Ilham Akbar habibie, mengatakan tren teknologi globa dewasa ini didominasi oleh teknologi infomasi dan komunikasi (TIK), antara lain kecerdasan artifisial, jaringan 5G, dan automatisasi. Menurutnya, tren ini sangat berpengaruh terhadap generasi muda di Indonesia sekarang ini.
“Waktu dia lahir sudah langsung dibisaakan dari kecil sekali dan itu bagus, untuk menggunakan (TIK) paling tidak sebagai konsumen dan diharapkan suatu saat mereka sudah melalui proses belajarnya dan sudah lewat kuliah, sudah bekerja, bisa menerapkan ini sebagai produsen,” tutur Ilham.
Ilham menjelaskan dalam empat tahun terakhir, ekonomi digital Indonesia meingkat pesat dari yang tadinya hanya 8 miliar dolar menjadi 40 miliar dolar. Hal ini diyakini akan berdampak kepada nilai produk domestik bruto (PDB) Indonesia. “Sampai tahun 2025 diperkirakan market size dari internet economy itu adalah 133 miliar dolar di Indonesia,” papar putra Presiden RI ke-3 BJ Habibie ini.
“Kita memang harus mau tidak mau beralih dari ekonomi yang berdasarkan sumber daya yang kita miliki, itu sumber daya alam, juga sumber daya manusia yang di sini terutama dilihat sebagai konsumen,” ia menambahkan.