Ilmuwan Tetangga Indonesia Peduli Sama Badak Sumatra
- dw
Ketika masih hidup, para ilmuwan dan pegiat konservasi berupaya membuat Iman dan Tam berkembang biak, tetapi tidak berhasil.
"Dia ibarat seorang laki-laki berusia 70 tahun, jadi tentu saja Anda tidak mengharapkan spermanya bisa sebaik itu," kata John Payne dari Borneo Rhino Alliance (BORA), yang telah berkampanye menyelamatkan badak di Malaysia selama sekitar empat dekade.
“Tampaknya jelas, untuk meningkatkan peluang keberhasilan berkembang biak, harus ada sperma dan telur dari badak di Indonesia. Namun hingga saat ini, Indonesia masih belum tertarik dengan hal tersebut.”
Sementara itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Indonesia membantah tuduhan bahwa persaingan lintas batas telah mengakibatkan badak di Malaysia punah. Kementerian KLHK mengatakan terus melakukan pembicaraan untuk bekerja sama para konservasionis di Malaysia.
“Karena ini bagian dari hubungan diplomatik, pelaksanaannya harus sesuai dengan regulasi masing-masing negara,” ujar Indra Exploitasia, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian KLHK.
Para ilmuwan Malaysia berencana menggunakan sel dari badak yang mati untuk menghasilkan sperma dan telur yang akan menghasilkan bayi tabung untuk ditanamkan ke dalam hewan hidup atau spesies yang memiliki hubungan kekerabatan yang cukup dekat seperti kuda.
Rencana ini serupa dengan upaya konservasi badak putih utara di Afrika yang jumlahnya hanya tinggal dua ekor.