Ilmuwan Tetangga Indonesia Peduli Sama Badak Sumatra
- dw
Ilmuwan dari negara tetangga Indonesia, Malaysia, sedang berupaya mengembalikan keberadaan Badak Sumatra di negaranya dengan menggunakan teknologi sel induk eksperimental yang berasal dari sisa-sisa sel kulit badak yang telah meninggal dunia.
“Saya sangat yakin," ujar ahli biologi molekuler Muhammad Lokman Md Isa kepada Reuters di laboratorium tempatnya bekerja di Universitas Islam Internasional Malaysia. "Jika semuanya berfungsi, bekerja dengan baik, dan semua orang mendukung kami, itu bukan hal yang mustahil."
Iman, Badak Sumatra betina terakhir di Malaysia, pada November 2019 telah mati di sebuah cagar alam di Pulau Kalimantan akibat kanker. Kematian Iman hanya berselang enam bulan setelah kematian badak jantan terakhir Malaysia yang bernama Tam. Saat ini, yang tersisa dari keberadaan Iman adalah sampel kulit, telur, dan beberapa jaringan.
Badak Sumatra adalah badak terkecil di dunia dan satu-satunya badak Asia yang bercula dua. Dahulu, Badak Sumatra hidup bebas di alam liar mulai dari wilayah Himalaya timur di Bhutan, bagian timur India, Myanmar, Thailand, hingga ke Indonesia dan Malaysia.
Badak Sumatra dan badak jawa sama-sama berstatus hampir punah, namun hewan ini mengalami ancaman kepunahan yang lebih besar lagi akibat perburuan, hilangnya habitat dan terisolasi dari badak lainnya.
Badak-badak yang tersisa bertahan hidup dalam populasi kecil yang terpisah sehingga menyulitkan mereka untuk menemukan badak lain dan berkembang biak. Saat ini ada 80 ekor badak sumatera yang tersisa, semuanya hidup di wilayah Indonesia.