Gunung Berapi Aktif Bikin Nyali Kim Jong-un Ciut
- Telegraph
VIVA – Gunung Paektu yang terletak di Korea Utara adalah gunung berapi aktif dan tertinggi yang ada di perbatasan Korea Utara dan China. Peaktu dikatakan memiliki sesuatu yang mistis, dianggap sebagai tempat spiritual serta memainkan peran budaya yang penting.
Dikutip dari situs Express, Selasa, 4 Agustus 2020, ada kawah besar di atas gunung, disebut Heaven Lake yang terbentuk saat adanya letusan Millenium Eruption of 946, mengirim 30 mil kubik tefra ke langit dan jadi letusan terbesar dan terganas dalam 5.000 tahun terakhir.
Gunung berapi itu masih sunyi sejak letusan terakhir. Tapi pada 2002 terjadi serangkaian gempa kecil yang disebabkan oleh aktivitas seismik. Lalu setelah 2005, Peaktu kembali sunyi, tapi justru hal ini membuat pemerintah khawatir.
Mereka kemudian meminta bantuan kepada negara-negara tetangga, seperti China untuk mempelajari Gunung Paektu. Korea Utara mengesampingkan kebijakan isolasi dan kerahasiaan negara yang sudah lama mereka terapkan.
Ketakutan negara yang dipimpin Kim Jong-un ini juga menciptakan kolaborasi langka pada 2013 lalu, antara tim ahli Korea Utara yang dipimpin Ri Kyong-Song dan ilmuwan barat dari University of London yang dipimpin James Hammond.
Meskipun berseteru dengan negara Barat, tapi Kim Jong-un memberi akses ilmuwan ke negaranya, untuk membantu ilmuwan lokal mempelajari supervolcano dan risiko erupsi.
Hasil penelitian mereka diterbitkan dalam jurnal Science Advances pada April 2016. Kesimpulannya adalah Gunung Paektu masih aktif dan bisa meletus. Ilmuwan ingin kembali ke sana untuk melakukan studi yang lebih rinci, memprediksi kapan dan bagaimana gunung berapi aktif itu bisa meletus.
Menurut seismologi US Geological Survey (USGS), Kayla Lacovina, data yang dikumpulkan selama dua tahun pemantauan menunjukkan adanya magma yang meleleh di sebagian Gunung Paektu. Hal ini menandakan gunung masih aktif dan bisa meletus di masa depan.
"Penemuan itu menegaskan bahwa gunung berapi cukup aktif. Tapi seberapa besar ledakannya? Itu masih jadi tanda tanya besar," ujar Lacovina.