Elon Musk Puji China hingga Langit Ketujuh
- Business Insider
VIVA – China lagi semringah. Sebab, negeri Tirai Bambu itu sedang dipuji Elon Musk setinggi langit. Bahkan, sampai langit ketujuh. Padahal Amerika Serikat (AS) justru sebaliknya. Mereka terus-menerus mencaci-maki China dengan segala dalih.
Apa alasan Elon Musk memuja-muji China? Hal ini karena valuasi Tesla yang dipimpinnya semakin melaju meninggalkan Toyota dan Honda – keduanya dari Jepang, serta Volkswagen asal Jerman. Ia menyebut etos kerja China yang sangat baik, sehingga perusahaannya melayani banyak permintaan di sana.
"Rakyat China itu orangnya pintar-pintar dan pekerja keras. Energi mereka luar biasa. Mereka tidak cepat berpuas diri," kata Musk, seperti dikutip dari situs Fox Business, Senin, 3 Agustus 2020.
Pria 49 tahun itu membandingkan orang-orang Amerika yang dinilainya lebih cepat berpuasa diri. "Di sini (rakyat Amerika) sudah mulai 'nrimo saja'. Mungkin karena 'menang terlalu lama'. Seperti tim olahraga profesional saja. Mereka menang kejuaraan berturut-turut jadi berpuas diri dan mulai kalah," tuturnya.
Pernyataan Elon Musk tentunya bukan tanpa sebab. Karena, Tesla baru saja membangun pabrik di Shanghai.
Selain itu, permintaan Tesla Model 3 juga mengalami peningkatan tajam di China. Baru-baru ini, Tesla Gigafactory di Shanghai juga telah meluncurkan perekrutan besar-besaran karena meningkatkan produksi dan bersiap menghadirkan kendaraan sport Tesla Model Y.
Ditambah lagi Pemerintah Shanghai membantu Tesla untuk mengamankan pinjaman sekitar US$1,6 miliar atau Rp23 triliun pada tahun lalu. Uang tersebut digunakan untuk konstruksi dan memulai memproduksi kendaraan perusahaan di Shanghai.
Kini, saham Tesla mengalami lonjakan lebih dari 240 persen sejak awal tahun ini, dan menjadikannya sebagai perusahaan otomotif paling berharga di dunia. Tesla telah mengalahkan Volkswagen, Toyota, dan Honda.
Seperti diketahui, hubungan AS dan China memang memanas beberapa waktu terakhir. Salah satunya karena Amerika Serikat mulai melakukan pelarangan operasional sejumlah perusahaan teknologi asal China di negaranya. Korban terbaru dari perang dagang ini adalah TikTok. Presiden Donald Trump kabarnya lagi memilih opsi blokir akses platform video pendek tersebut.