Mata-mata China Buru Target Pakai LinkedIn
- Instagram/@shootstakelly
Laporan dari para targetnya itulah yang kemudian dia kirim ke China.
Salah satu orang yang dia hubungi bekerja dalam program jet tempur F-35 Angkatan Udara AS. Orang ini mengaku memiliki masalah finansial.
Target Yeo yang lain adalah seorang perwira militer yang bertugas di Pentagon alias Kementerian Pertahanan AS.
Dia mendapat bayaran US$2.000 (sekitar Rp29 juta) untuk laporan tentang bagaimana penarikan pasukan AS dari Afghanistan berpotensi mempengaruhi China.
Untuk menemukan kontak targetnya itu, Yeo, yang selama beberapa waktu pada tahun 2019 tinggal di Washington DC, dibantu algoritma LinkedIn.
Setiap kali Yeo melihat profil seseorang, LinkedIn akan menyarankan kontak baru dengan pengalaman serupa yang mungkin menarik baginya. Yeo mengaku menerima saran `tanpa henti` dari LinkedIn.
Menurut dokumen pengadilan, atasan Yeo memintanya bertanya kepada para target soal ketidakpuasan dengan pekerjaan maupun persoalan keuangan yang mereka alami.
William Nguyen, alumnus kampus Lee Kuan Yew asal AS yang ditangkap pada sebuah demonstrasi di Vietnam tahun 2018 menyebut Yeo berusaha menghubunginya beberapa kali.
Kejadian itu, kata Nguyen dalam unggahan di akun Facebook miliknya, terjadi setelah ia dibebaskan dari penjara dan kasusnya menjadi berita utama di seluruh dunia.
Pada 2018, Yeo mengunggah lowongan pekerjaan palsu untuk firma konsultannya. Yeo berkata kepada penyelidik bahwa dia menerima lebih dari 400 lamaran. Sekitar 90 persen dari lamaran itu dikirim personel militer dan pegawai pemerintahan AS.