AS Tuding Peretas China, Bobol Perusahaan Penghasil Vaksin COVID-19

Ilustrasi Hacker
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Saat ini, peneliti dan ilmuwan dari berbagai negara di dunia sedang bekerja keras untuk bisa menemukan vaksin COVID-19. Hal ini dilakukan agar kehidupan manusia di bumi bisa kembali normal, seperti sebelum terjadinya pandemi.

Gara-gara Top Gun, Tom Cruise Diganjar Penghargaan Tertinggi Militer Amerika

Momen ini ternyata menarik perhatian para peretas (hacker), untuk melancarkan aksi kejahatan. Sebab, belum ini pemerintah Amerika Serikat menuding ada dua peretas asal China, yang berusaha menjebol pertahanan perusahaan peneliti vaksin.

Mengutip BGR, Senin 27 Juli 2020, juri federal menuduh keduanya atas kampanye intrusi komputer global yang meluas. Tapi ternyata kedua pelaku bukan kali ini saja melancarkan aksinya.Menurut laporan serangan sudah dimulai dari 10 tahun lalu.

Gila, Tentara Bayaran Rusia Ancam Rebut Alaska dari Amerika

Dalam beberapa skenario peretasan, para hacker memang tidak langsung membobol sistem keamanan perusahaan incarannya. Mereka, kembali bertahun-tahun setelah serangan pertamannya, dan cara tersebut dilakukan untuk menyelidiki data lagi.

Baca juga: Menristek Sebut Vaksin COVID-19 Bisa Jadi Produk Inovasi dari RI

Putin Sebut Rusia Akan Kerahkan Rudal jika AS Lakukan Hal Serupa

Kabarnya baru-baru ini menargertkan perusahaan yang sedang melakukan penelitian mengenai virus Covid-19. Peretas diduga melakukan pengintaian terhadap perusahaan asal Massachusetts.

Lalu sebulan kemudian, bisnis di California yang mengerjakan obat antivirus juga dikabarkan dijebol peretas. Pertengahan Mei lalu, perusahaan berbeda dalam wilayah California yang sedang mengerjakan diagnostik juga mengalami hal yang sama.

Ilustrasi Vaksin COVID-19

"China sekarang mengambil tempat, setelah Rusia, Iran dan Korea Utara di grup negara memalukan yang menyediakan tempat aman bagi penjahat siber," ungkap Asisten Jaksa Agung untuk Keamanan Nasional, John C. Demers.

Demers juga menuding para penjahat ini juga bekerja pada pemerintah setempat untuk keuntungan negara tersebut. Kedua pelaku berusia pertengahan tiga puluhan dan kabarnya dilatih dalam aplikasi komputer yang ada di sejumlah universitas China.

Peretas menargetkan industri teknologi tingkat tinffi di beberapa negara dalam beberapa tahun terakhir. Industri lain yang ditargetkan termasuk manufaktur yang menggunakan teknologi tinggi. Yaitu seperti perangkat medis, teknis sipil, dan industri engineering bisnis, pendidikan dan gaming software.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya