Siberia Alami Kebakaran Hutan, Padahal Dekat Kutub Utara
- dw
Tim ilmuwan menggunakan 70 model iklim, untuk melakukan ribuan simulasi yang rumit membandingkan kondisi aktual, dengan kondisi dunia tanpa pemanasan global akibat aktivitas manusia, dari pembakaran batu bara, minyak dan gas bumi.
Para ilmuwan menekankan, fenomena gelombang panas di Siberia sebetulnya merupakan masalah bagi seluruh dunia.
Anomali gelombang panas berkepanjangan
Sekitar 1,5 juta hektare hutan di Siberia terbakar dan melepas jutaan ton emisi CO2 ke atmosfer. Dalam waktu yang bersamaan, kebakaran hutan dan gelombang panas berkepanjangan, memicu lumernya lapisan permafrost.
Semua itu memberi kontribusi besar pada cuaca ekstrem di kawasan itu. Peneliti Iklim Anders Levermann dalam wawancara dengan DW mengatakan, sejauh ini belum dipahami, mengapa anomali panas ini berlangsung lebih lama.
“Ini fenomena iklim baru yang harus diteliti lebih lanjut,” ungkap dia. Levermann juga menyebutkan, lumernya lapisan permafrost melepas emisi Methana ke atmosfir, dan gas rumah kaca ini beberapa kali lipat lebh kuat efeknya dibanding CO2.
“Ini merupakan ancaman global jangka panjang, karena meningkatnya emsi gas methana dari Siberia, akan mempercepat pemanasan global dan perubahan iklim global,” tutur dia. as/hp (dw, AP, AFP)