Potong Hewan Kurban Tanpa Dibius Haram, Kebebasan Umat Islam Terancam
- VIVAnews/Muhamad Solihin
“Jika larangan di Belgia ditegakkan, pesan yang dikirim oleh Mahkamah Eropa kepada agama minoritas di Eropa adalah jelas: Kalian tidak diinginkan", demikian disebutkan dalam surat itu. “Kita tidak bisa berharap, bahwa umat-umat beragama ini akan tinggal di Eropa dan memberi kontribusi kepada masyarakat di sini, jika sebuah tindakan mereka terkait konsumsi bahan makanan dianggap sebagai sebuah kejahatan”.
Tentu saja, kita bisa mengabaikan tuntutan ini. Mengapa kita harus peduli dengan pandangan seorang rabi ortodoks dari Moskow, Rusia dan seorang wakil Islam dari Arab Saudi?
Tapi sikap yang demikian tidak memperhitungkan kondisi bahwa sejak bertahun-tahun berbagai pihak sudah berupaya keras melakukan dialog untuk mengubur permusuhan, sehingga akhirnya muncul sebuah gerakan damai, yang punya relevansi global.
Namun sayangnya hanya diperhatikan oleh sedikit sekali politisi. Tema ini hanya menarik perhatian sedikit orang baik di tingkat nasional maupun di tingkat Eropa.
Pentingnya nilai kebebasan beragama mulai pudar
Pendorong utama gagasan Eropa dan proses penyatuannya setelah Perang Dunia Kedua adalah tokoh-tokoh Kristen: Konrad Adenauer, Alcide de Gasperi, Robert Schuman.
Bagi mereka, agama dan kebebasan beragama adalah sesuatu yang sudah semestinya. Lalu sekarang? Beberapa minggu yang lalu, Komisi Eropa di bawah pimpinan Ursula von der Leyen mengumumkan, jabatan khusus Uni Eropa untuk urusan kebebasan beragama tidak diperlukan lagi.
Di Istanbul, ini contoh lain, Hagia Sophia yang sejak dulu menjadi salah satu simbol Kristen Ortodoks sedunia, warisan budaya dunia dan sejak puluhan tahun menjadi sebuah museum, tidak lama lagi diambil alih oleh Islam ala Erdogan di Turki. Adakah suara kritis dari para pimpinan Uni Eropa? Dari Berlin atau Paris? Tidak ada!