Penyakit yang Mengancam Astronot di Luar Angkasa

Ilustrasi astronot.
Sumber :
  • NASA

VIVA – Awal tahun ini seorang astronot yang tidak disebutkan namanya mengalami penggumpalan darah ketika bertugas di luar angkasa. Ini merupakan kasus pertama di luar Bumi, sedangkan jenis penyakit ini menjadi masalah umum yang menimpa 1 dari 1.000 orang di Bumi.

Mampu Tangani Berbagai Penyakit, Terapi Sel Punca Diyakini Jadi Masa Depan Layanan Kesehatan Indonesia

Dikutip dari situs Space, Selasa, 7 Juli 2020, studi Aerospace Medicine and Human Perfomance mengungkap risiko-risiko yang terjadi di luar angkasa dan memberi beberapa saran untuk menguranginya.

Pembekuan darah di Bumi biasanya mempengaruhi paru-paru yang bisa menyebabkan kesulitan bernafas dan menyebabkan deep vein thrombosis yang bisa memberikan rasa sakit dan bengkak di kaki.

Bisakah Terapi Stem Cell Sembuhkan Pengapuran Tulang?

Tapi kalau di luar orbit Bumi gumpalan darah menyerang leher. Dokter di Bumi kemudian meresepkan campuran obat injeksi dan oral, untuk mencegah penyakit semakin parah hingga mengancam kehidupan astronot.

Gumpalan darah bisa merenggut nyawa karena menyebabkan serangan jantung atau stroke, juga memerlukan biaya yang besar untuk perawatan.

Jangan Putus Asa! Meski Harus Jalani Pengobatan Seumur Hidup, Tingkat Kesuksesan Penanganan Talasemia Capai 95 Persen

Penyakit ini dapat dicegah dan diobati. Mereka yang obesitas, merokok dan memiliki usia yang matang memiliki potensi terkena gumpalan darah.

Insiden yang terjadi di luar angkasa, membuat para ahli memikirkan matang-matang mengenai risiko pengiriman manusia ke Mars dan mencari jalan keluarnya.

Keadaan ini juga sangat mendesak untuk astronot wanita yang mana mereka mengkonsumsi pil kontrasepsi hormonal untuk mengontrol siklus menstruasi di ruang angkasa.

Dengan cari ini mereka bisa mengalami pembekuan darah. Mereka meneliti 38 kelompok astronot perempuan yang melakukan perjalanan ke ruang angkasa pada 2000 hingga 2014, untuk memahami apakah penerbangan ke luar angkasa bisa menyebabkan risiko gumpalan darah.

Data menunjukkan rata-rata perempuan ada di usia 44 tahun saat melakukan misi panjang, di mana mereka harus meminum pil kontrasepsi. Setelah misi berakhir mereka tidak memiliki gumpalan darah daripada populasi rata-rata.

Studi juga meneliti perubahan darah saat sebelum dan sesudah astronot melakukan misi, mereka menemukan risiko gumpalan darah tidak meningkat saat melakukan misi luar angkasa. Studi cukup meyakinkan, namun perlu kita ingat bahwa sampel yang dilibatkan angkanya masih sedikit.

Ilustrasi imunisasi.

Ini Cara Mengatasi Tantangan Imunisasi di Daerah dengan Akses Terbatas

Imunisasi bukan hanya melindungi individu yang divaksinasi, tetapi juga menciptakan kekebalan kelompok (herd immunity).

img_title
VIVA.co.id
23 Desember 2024