Transaksi Bisnis Lewat Teknologi Lebih Luwes Ketimbang Tatap Muka
- www.pixabay.com/Pexels
VIVA – Di tengah pandemi Virus Corona COVID-19 yang masih berlangsung sampai sekarang ini sekaligus adanya adaptasi kebiasaan baru (new normal), protokol kesehatan yang selama ini sudah berjalan bisa terus diterapkan, termasuk di industri properti.
Pembatasan atau pengurangan pertemuan tatap muka untuk sementara waktu masih harus dilakukan untuk mengurangi penyebaran wabah ini. Menurut Country Manager Rumah.com, Marine Novita, bagi konsumen yang pertama kali akan membeli rumah, saat ini tidak harus langsung mendatangi showroom atau unit contoh yang ditawarkan oleh para pengembang.
Ia mengakui jika pandemi COVID-19 mempengaruhi aktivitas pemasaran properti. Langkah-langkah penerapan social dan physical distancing telah membentuk perilaku konsumen yang baru, termasuk ekspektasi seputar transaksi pembelian dan penjualan properti lewat inovasi teknologi.
Mendigitalisasi
Para pelaku industri properti tetap bisa aktif menjalankan bisnisnya, terutama dengan memanfaatkan dukungan teknologi yang semakin canggih. Salah satunya menggunakan fitur “StoryTeller”.
StoryTeller adalah fitur yang mendigitalisasi sebuah proyek properti secara 360 derajat dengan lebih mendalam, baik interior unit-unitnya maupun suasana dan pemandangan di sekitarnya.
Inovasi ini menghadirkan proyek dan hunian langsung ke hadapan pembeli properti agar mempermudah dalam melihat, memilih, dan bahkan mencatat minat untuk unit properti, berdasarkan preferensi sesuai dengan ketersediaan secara real-time.
Pelajari
"Adanya dukungan teknologi seperti fitur StoryTeller ini membuat pengembang, penjual dan calon pembeli properti bisa melakukan transaksi penjualan properti kapan pun dan di mana pun," katanya, Selasa, 30 Juni 2020.
Selain itu, ia mendorong bahwa saat ini yang paling penting dilakukan mempelajari dahulu proses pembelian rumah. Lalu, membandingkan suku bunga KPR dari berbagai bank penyedia, dan mempersiapkan keuangan pribadi agar sudah siap secara finansial ketika mengambil KPR.
Langkah pertama, lanjut Marine, adalah mencari informasi seputar dan rencana infrastruktur wilayah hunian yang menjadi incaran sehingga bisa mendapatkan gambaran bagaimana nantinya lingkungan hunian akan berkembang dan mengetahui bagaimana sarana infrastruktur akan tersedia termasuk transportasi massal.
Rekor terendah
Selanjutnya, mencari informasi perbandingan harga properti satu lokasi yang sama maupun di sekitarnya agar bisa mendapatkan kisaran harga properti yang akurat dan sesuai fasilitas hunian yang didapatkan serta mencegah konsumen membeli properti di luar batas kewajaran.
Sedangkan langkah ketiga yaitu melakukan simulasi KPR dan penghitungan plafon sesuai tingkat penghasilan agar konsumen bisa mengetahui perkiraan uang muka, perkiraan besar pinjaman dan cicilan maksimal yang bisa diajukan berdasarkan penghasilan sehingga mencegah konsumen tidak mampu membayar besaran cicilan di kemudian hari.
Kebijakan Bank Indonesia yang memutuskan menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4,25 persen pada 17-18 Juni 2020 menjadi angin segar bagi industri properti.
Di tengah adaptasi kebiasaan baru menuju era new normal kebijakan tersebut bisa menjadi daya topang dan mendorong pertumbuhan ekonomi termasuk stimulus bagi industri properti. Apalagi penurunan ini merupakan rekor terendah setelah sebelumnya terjadi di akhir 2017 hingga awal 2018.