Cara Ini Bisa Bikin Facebook Pelan-pelan Jatuh
- Trusted Reviews
VIVA – Sejumlah merek atau brand dunia berhenti beriklan di media sosial seperti Facebook dan grupnya yang disebabkan oleh banyaknya ujaran kebencian atau hate speech serta lamban dalam mengatasinya di platform tersebut. Nama terakhir yang mengeluarkan keputusan itu adalah Starbucks, tetapi mereka mengaku hanya bersifat sementara.
Sebelumnya, nama-nama merek besar sudah lebih dahulu melakukan boikot iklan di platform milik Mark Zuckerberg tersebut pada Juli 2020. Mereka di antaranya Unilever, Verizon, North Face, Patagonia, Ben&Jerry's, Magnolia Pictures, Honda, dan Hershey. Bahkan, Coca Cola melangkah lebih jauh dari sejumlah merek tersebut.
Perusahaan minuman soda itu memutuskan tidak beriklan di seluruh platform media sosial secara global mulai awal Juli. Akibat boikot tersebut, saham Facebook turun sebanyak delapan persen pada Jumat, 26 Juni lalu yang mengakibatkan kekayaan Zuckerberg turun hingga US$7 miliar atau sekitar Rp100 triliun.
Dalam postingan blog resminya, seperti dikutip dari The Verge, Selasa, 30 Juni 2020, Starbucks menentang adanya ujaran kebencian. Mereka juga menyatakan baik pemimpin bisnis dan pembuat kebijakan harus bersama-sama untuk melakukan perubahan nyata.
"Kami menghentikan sementara iklan pada seluruh platform media sosial sementara melanjutkan diskusi secara internal, dengan media partner dan organisasi hak sipil untuk upaya setop penyebaran ujaran kebencian," demikian keterangan resmi Starbucks.
Mereka menyebut keputusan ini berlaku untuk semua platform, kecuali YouTube. Starbucks tetap akan mengunggah sejumlah postingan di media sosial, namun tidak melakukan promosi berbayar.
Tutup mulut
Meski begitu, Starbucks tidak secara resmi ikut kampanye Stop Hate For Profit yang digelar sejumlah organisasi termasuk Anti-Defamation League dan NAACP. Gerakan ini secara khusus menunjuk Facebook serta kebijakan moderasi mengenai ancaman kekerasan, misinformasi, dan ujaran kebencian.
Facebook tidak secara langsung berkomentar soal gerakan Stop Hate for Profit. Kendati tidak berkomentar, namun Facebook melakukan sejumlah perubahan untuk mengatasi kritik terhadap sejumlah kebijakan yang dikeluarkannya pada minggu lalu.
Perubahan ini langsung diumumkan sendiri oleh Kepala Eksekutif Facebook, Mark Zuckerberg. Isi dari kebijakan itu adalah membuat aturan baru soal konten ujaran kebencian (hate speech) dan melarang adanya iklan yang mendorong perpecahan secara rasial.
Aturan baru Facebook juga akan melarang klaim soal orang dari ras, etnis, asal negara, agama, kasta, orientasi seksual, identitas gender atau status imigrasi tertentu merupakan ancaman untuk keamanan fisik, kesehatan atau keberlangsungan hidup bagi orang lain.