Ada 'Gerhana Bulan Darah' Awal Juli 2020
- Pixabay
VIVA – Gerhana bulan total atau yang populer dikenal dengan sebuah gerhana bulan darah akan terjadi pada 4 dan 5 Juli mendatang. Bulan darah jadi peristiwa yang langka, dari periode tahun 2020 sampai 2025 diprediksi hanya akan terjadi lima fenomena bulan darah.
Dikutip dari laman Express, Minggu, 28 Juni 2020, istilah bulan darah memang tidak ilmiah, namun hal ini dikaitkan pada keadaan atmosfer yang terjadi saat gerhana. Selama gerhana bulan total, bulan memasuki umbra Bumi.
Meskipun fenomena ini akan membuat bulan menghilang, sinar Matahari tidak bisa langsung mencapai permukaan bulan. Sinar Matahari di tepi atmosfer Bumi disaring, menghasilkan gelombang cahaya kemerahan di permukaan bulan.
Sementara itu, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), tahun ini diprediksi ada enam kali peristiwa gerhana. Salah satu yang akan datang, yakni gerhana bulan penumbra (GBP) pada 5 Juli 2020, namun fenomena alam ini tidak bisa diamati di Indonesia.
Kemudian GBP 20 November yang bisa diamati di Indonesia bagian barat menjelang berakhirnya gerhana dan gerhana Matahari total pada 14 Desember dan tidak bisa diamati di Indonesia.
Sementara fenomena yang telah berlalu terjadi pada 11 Januari dan 6 Juni ialah GBP dan gerhana Matahari Cincin pada 21 Juni, yang tidak bisa diamati di wilayah Jawa dan Sumatra Selatan.
Astronom memprediksi gerhana bulan darah berikutnya akan terjadi pada 26 Mei 2021, 15 Mei 2022, 8 November 2022, 13 Maret 2025 dan 7 September 2025.
Menurut Badan Penerbangan dan Antariksa (NASA), saat fenomena bulan darah terjadi, Bumi akan bermandikan warna merah. Molekul udara dari atmosfer menyebarkan sebagian warna biru. Cahaya yang tersisa memantul ke permukaan bulan.
"Nama bulan darah juga digunakan untuk bulan yang tampak kemerahan karena debu, asap atau kabut di langit. Dan bisa menjadi bulan purnama saat musim gugur," kata NASA.