Blokir Media Sosial Favorit ISIS Akhirnya Dibuka
VIVA – Rusia akan membuka akses media sosial Telegram setelah dua tahun diblokir. Badan Pemerintah bidang Telekomunikasi, Roskomnadzor, mengatakan platform pesan singkat itu menunjukkan keinginan untuk membantu memberantas terorisme, seperti kelompok ISIS.
"Kami memutuskan untuk menggugurkan tuntutan untuk membatasi akses kepada Telegram dalam perjanjian dengan kantor Kejaksaan Umum Rusia," demikian keterangan resmi Roskomnadzor, seperti dikutip dari The Verge, Jumat, 19 Juni 2020.
Pemblokiran akses Telegram diputuskan Pengadilan Rusia pada April 2018. Keputusan ini dilakukan setelah pihak platform menolak membagikan kunci enkripsi kepada Roskomnadzor. Membagikan kunci enkripsi sama saja mengakses data pengguna Telegram.
Penolakan ini bertentangan dengan aturan Rusia, yaitu Undang-Undang Antiterorisme, yang mengharuskan layanan pesan memberikan akses otoritas kepada pesan terenkripsi.
Saat itu, Pendiri dan Kepala Eksekutif Telegram Pavel Durov menyatakan jika kunci enkripsi dan data pribadi tidak untuk dijual. Ia juga menekankan hak asasi manusia (HAM) tidak boleh dikompromikan hanya karena alasan ketakutan serta keserakahan.
Telegram juga beberapa kali harus diblokir di sejumlah negara. Salah satunya Iran yang memblokir akses media sosial termasuk Telegram tiga tahun lalu. Presiden Hassan Rouhani menerapkan kebijakan memblokir akses ke sejumlah media sosial karena untuk menetramkan situasi.
Seperti diketahui, terdapat akses demonstrasi yang memakan banyak korban pada akhir 2017. Di Indonesia, Telegram juga pernah diblokir pada tahun yang sama. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) beralasan aplikasi chatting mengandung banyak konten radikalisme dan tidak bisa menangkal penyebaran hoax.
Suka tidak suka, Telegram memang punya sejarah digunakan oleh para organisasi teroris. Media sosial milik Pavel Durov ini diketahui sebagai aplikasi favorit yang digunakan anggota kelompok ISIS untuk saling berkomunikasi.