Robot Penghasil Oksigen di Mars Batal Meluncur
- National Geographic
VIVA – Robot penjelajah milik Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) yang akan melakukan penelitian ke Mars pada 17 Juli mendatang, dikabarkan batal menjalankan misinya. Mobil penjelajah planet yang akan digunakan, mengalami kerusakan.
"Perlu waktu tambahan untuk tim memperbaiki masalah pada sistem mobil. Agendanya berubah menjadi 20 Juli 2020," kata pejabat NASA, dalam sebuah pernyataan, dikutip dari situs Space, Jumat, 12 Juni 2020.
CEO United Launch Alliance, Tory Bruno menjelaskan bahwa masalah ada pada crane yang rusak. Saat ini crane sudah diperbaiki dan roket juga disebut dalam keadaan baik. Perusahaan tempatnya bekerja terpilih menjadi penyedia roket Atlas V yang terlibat dalam pengiriman robot.
Sebenarnya jadwal masih bisa diundur hingga 11 Agustus. Namun lewat dari periode tersebut, peluncuran rutin per 26 bulan tidak bisa dilakukan, karena lewat dari 11 Agustus, posisi Mars dan Bumi akan sulit dalam melakukan pengiriman kendaraan peneliti.
Robot beroda enam itu direncanakan mendarat di Jezero Crater yang memiliki lebar 45 kilometer, pada 18 Februari 2021. Wilayah itu adalah bekas sungai dan delta pada miliaran tahun yang lalu, yang konon menyimpan tanda-tanda kehidupan kuno.
Misi Mars NASA 2020 ialah untuk melakukan penelitian terhadap lingkungan Mars dan sejumlah tugas lainnya. Salah satu yang dilakukan adalah, instrumen robot akan menghasilkan oksigen dari atmosfer planet merah yang didominasi karbon dioksida.
Menurut pejabat NASA, teknologi yang ditingkatkan ini akan membuat manusia bisa hidup di planet tetangga Bumi. Di dalam tubuh rover juga terdapat helikopter kecil, yang akan dilepaskan untuk melakukan penerbangan singkat di Mars.
Helikopter kecil itu bernama Ingenuity, yang akan melakukan eksplorasi udara. Meski akan melakukan penerbangan dalam tempo singkat di udara tipis, perannya memiliki pengaruh yang cukup besar.
Perseverance juga akan mengumpulkan sampel Mars yang kemudian dibawa ke Bumi. Untuk yang satu ini NASA melakukan kerja sama dengan Badan Antariksa Eropa (ESA) untuk membawa sampel pada awal 2031. Ilmuwan dunia di laboratorium akan mencari tanda-tanda kehidupan kuno dan sejarah-sejarah lainnya.