LIPI: Paket Belanja Online Sumber Sampah Plastik

Tips belanja online agar tidak tertipu
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Selama pembatasan sosial berskala besar, transaksi penjualan secara online meningkat drastis. Hal ini dikarenakan keterbatasan akses ke toko, dan kehawatiran pembeli soal penularan virus COVID-19.

Keresahan di Balik Munculnya Inovasi Pelepah Pinang

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia beberapa waktu lalu mengadakan survei, terkait dampak PSBB dan work from home terhadap jumlah sampah plastik di Jabodetabek. Hasil yang didapat, cukup mencengangkan.

Baca juga: Tak Lama Lagi Pelanggan Indihome Bisa Nonton Netflix

Hebat! Mahasiswa Ciptakan Kapal Pembersih Sampah, Bisa Angkut 1.500 Ton Sehari

Hasil survei menunjukkan, bahwa jumlah warga Jabodetabek melakukan belanja online cenderung meningkat. Dari yang sebelumnya hanya 1 hingga 5 kali dalam satu bulan, menjadi 1 hingga 10 kali. Begitu pula dengan penggunaan layanan pengiriman makanan lewat jasa transportasi online.

Menurut LIPI, 96 persen paket dibungkus dengan plastik yang tebal dan ditambah bubble wrap. Di kawasan Jabodetabek, jumlah sampah plastik dari bungkus paket bahkan lebih banyak dari sampah plastik kemasan yang dibeli.

Keterkaitan Iklim, Alam, Plastik, dan Pekerjaan, Bagaimana Semua Ini Berjalan Bersama

Ilustrasi belanja online.

“Hanya separuh dari warga yang memilah sampah untuk didaur ulang. Hal ini berpotensi meningkatkan sampah plastik, dan menambah beban tempat pembuangan akhir,” ujar peneliti Pusat Penelitian Oseonografi LIPI, Intan Suci Nurhati, dikutip dari laman resmi LIPI, Jumat 12 Juni 2020.

Hal senada diungkapkan Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Novrizal Tahar. Ia menjelaskan, ada tiga hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi sampah, yaitu pembatasan, daur ulang dan guna ulang.

“Menunda selama dan semaksimal mungkin, sehingga kita tidak menggunakan bahan baru. Dengan demikian, itu tidak akan menjadi sampah dalam waktu yang cepat,” tuturnya.

Terkait tingkat higienis, Novrizal mengacu pada hasil penelitian LIPI yang menunjukkan bahwa virus yang menempel pada plastik dalam bertahan lebih lama dari material lain. Tidak peduli apakah plastik tersebut sekali pakai atau guna ulang. Salah satu contoh yang ia berikan, yakni galon guna ulang yang disterilkan sebelum dipakai kembali sebagai kemasan.

galon air

“Tas plastik yang berulang kali dipakai, juga akan dicuci kembali. Itu sama juga dengan masker kain dan baju. Enggak mungkin kita gunakan lagi, tanpa dicuci bersih,” ungkapnya.

“Kalau membeli produk yang relatif lebih ramah lingkungan, paling tidak bisa membantu untuk mengurangi dampak produk itu setelah kita pakai,” kata Sustainability Director Danone-Aqua, Karyanto Wibowo menambahkan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya