Berkah Pandemi COVID-19 untuk Kota Pintar
- dw
Pandemi Covid-19 juga menunjukkan berkah di balik wabah. Lockdown beberapa minggu menunjukkan visi smart city (kota pintar) yang diimpikan sejak lama oleh para aktivis iklim dan kampanye teknologi hijau. Kota yang secara virtual kosong, jalanan lengang, udara yang bersih dan tidak ada pesawat terbang di udara.
Data dari tiga kota terbesar di Jerman, Berlin, Muenchen dan Hamburg menunjukkan, arus lalu lintas menurun lebih 30 persennya saat lockdown diberlakukan pada Maret, April dan Mei lalu. Situasi ini secara signifikan menurunkan kemacetan lalu lintas dan kadar emisi CO2.
Setelah regulasi tinggal di rumah secara bertahap dilonggarkan di Jerman dan sejumlah negara Eropa lainnya, para pejabat pemerintah di seluruh dunia kini mengamati, apakah “kegilaan“ berlalu-lintas sebelum pendemi Covid-19 akan kembali lagi ke kota-kota besar. Ataukah ada alternatif yang membuat kota tetap lebih hijau, lebih sehat dan lebih cerdas dari sebelum wabah.
Manajemen lalu lintas cerdas
Michael Ganser, insinyur dari perusahaan sistem telematika Jerman, Kapsch TrafficCom, meyakini ada peluang besar bagi perencana tata kota, untuk melakukan transformasi transportasi di dalam kota menjadi lebih cerdas. Mencakup pengendalian lalu lintas dan informasi, manajemen parkir cerdas, retribusi penggunaan jalan dan apa yang disebut jalur sepeda pintar, yang merangsang warga untuk meninggalkan mobilnya di rumah.
“Pengendalian dengan lampu lalu lintas lebih pintar saja, bisa mengurangi kemacetan di jalanan hingga 25 persen“, ujar Ganser kepada DW. Dia menambahkan, pemanfaatan teknologi digital, seperti kecerdasan buatan (AI) dan pengolahan “big data“ bisa memberikan kemajuan signifikan dengan ongkos relatif murah.
"Semua mobil terbaru, sudah dilengkapi fitur alat bantu cerdas. Dan smartphone bisa menonjolkan fitur pelacakan yang diperlukan. Yang diperulukan sekarang adalah meningkatkan infrastruktur lalu lintas yang sudah ada“, ujar pakar telematika itu.
Jauh lebih hemat dibanding kemacetan