PSBB Bikin Orang Gampang Mimpi Buruk
- Unsplash/Kinga Cichewicz
VIVA – Hingga saat ini, pandemi COVID-19 memaksa sebagian besar negara di dunia menerapkan lockdown, dan pembatasan sosial berskala besar di Indonesia. Namun, ternyata ada bahaya yang tersimpan akibat kebijakan tersebut.
Pola tidur masyarakat dikabarkan terganggu, akibat kebijakan lockdown yang dilakukan. Studi yang berasal dari peneliti tidur, media sosial, survei dan meteran listrik memunculkan kesimpulan, bagaimana virus corona mampu mengubah perilaku tidur manusia, seperti dikutip dari laman Mashable, Jumat, 29 Mei 2020.
Baca juga:Â Sony Tawarkan Kamera Vlogger Antiribet
Jam Tidur Lebih Panjang
Dengan keadaan di rumah saja, para orangtua tidak lagi butuh membangunkan anak-anak mereka untuk ke sekolah di pagi hari. Work from home juga membuat orang tidur lebih panjang.
Menurut penyedia perangkat kesehatan, tidur dalam jangka waktu yang lama tidak menyebabkan kualitas tidur membaik. Tercatat, Prancis memiliki rata-rata kenaikan waktu tidur lebih dari 20 menit, sedangkan Jerman hanya 8 menit saja.
Sulit Tidur
Di Inggris, survei Ipsos Mori menemukan 38 persen dari penelitian mengalami kurang tidur atau kurang nyenyak saat tidur. Di Amerika Serikat, ada 15 persen kenaikan resep obat tidur, ini menjadi yang pertama kalinya setelah lima tahun sebelumnya mengalami penurunan.
Ilmuwan Brand Peters-Mathews mengatakan, pandemi menimbulkan adanya peningkatan kadar kortisol serta hormon stres, yang menyebabkan insomnia.
Tidak Pasang Alarm
Ipsos Mori mencatat, satu pertiga orang di Inggris tidak lagi menyalakan alarm untuk bangun pagi. Ini akibat rutinitas seperti bersiap bekerja dan mengirim anak-anak sekolah telah berubah. Dari yang biasanya pukul 6.18 pagi bangun, sekarang menajdi 7.06 pagi.
Tidur Lebih Malam
Banyak dari masyarakat akhirnya memiliki menonton acara favorit, membuat tidur terlambat dan lewat tengah malam. Menurut fisikawan dari Universitas Columbia, Christoph Meinrenken, alasannya karena mereka tidak lagi bergantung pada alarm.
Data dari meteran listrik menyebutkan, apartemen di New York menggunakan energi 25 persen lebih banyak. Jumlahnya jauh lebih banyak saat malam hari.
Mimpi Aneh
National Geographic menemukan, lembaga-lembaga penelitian sedang mempelajari fenomena baru dari mimpi aneh selama tidur. Pusat Penelitian Neuroscience di Lyon Prancis menyebutkan, adanya peningkatan 35 persen mimpi yang berulang dan 15 persen mimpi buruk.
Menurut para ahli saraf, ini akibat peningkatan stres dan sering terbangun di antara waktu tidur. Penjelasan lain adalah, manusia saat ini melewatkan waktu yang monoton dan juga berulang, namun membosankan, membuat otak mencari pencitraan dalam pikiran bawah sadar.