Asteroid dengan Wujud Berbeda Ditemukan di Dekat Jupiter
- www.pixabay.com/Buddy_Nath
VIVA – Asteroid biasa disebut planet minor, dan umumnya berbentuk seperti bebatuan di luar angkasa. Namun kali ini, ditemukan Asteroid dalam wujud berbeda karena berekor debu dan gas, seperti komet.
Penemuan ini tertangkap Asteroid Terrestrial-impact Last Alert System (ATLAS) dengan menggunakan dua teleskop yang berada di Hawaii. Setelah observasi lima tahun, ditemukan keganjilan pada asteroid yang dikenal sebagai 2019 LD2 pada Juni tahun lalu, dikutip dari The Register, Senin 25 Mei 2020.
Para ilmuwan meyakini asteroid dengan ekor debu dan gas itu, telah bertahan selama kurun waktu satu tahun. Asteroid tersebut berada dalam kelompok Trojan, yaitu kelompok besar benda langit yang berbagi orbit dengan Jupiter dan sama-sama mengelilingi matahari.
Saat ditemukan oleh ATLAS dan dianalisa Alan Alan Fitzsimmons dan David Young dari Pusat Penelitian Astrofisika di Universitas Belfast Queen menemukan 2019 LD2 memiliki perilaku seperti komet. Beberapa hari kemudian, James Armstrong dan Sidney Moss dari Universitas Hawaii melakukan pengamatan lanjutan mengonfirmasi temuan sebelumnya.
Baca juga: Meski Sederhana, Games Solitaire Mampu Bertahan Sampai 30 Tahun
Fitzsimmons mengatakan para peneliti sudah sejak lama percaya jika asteroid di kelompok Trojan harusnya memiliki es di bawah permukaannya. Namun hingga saat ini tidak ada bukti kebenarannya.
"Kami percaya selama beberapa dekade bahwa asteroid Trojan harusnya memiliki es di bawah permukannya, namun belum ada buktinya hingga sekarang. ATLAS memperlhatkan prediksi itu kemungkinan benar," kata Fitzsimmons.
Para peneliti belum mengetahui penyebab 2019 LD2 memiliki ekor dan berbeda dari teman-temannya di Trojan. Menurut sejumlah peneliti dari Universitas Hawai, 2019 LD2 memiliki suhu cukup rendah untuk memiliki es di permukannya, dan kemungkinan menguap saat mendekat dengan Matahari.
Kemungkinan lainnya adalah adanya tanah longsor atau tabrakan dengan asteroid lain yang merobek lapisan paling atas dan sekarang inti esnya akan meleleh karena Matahari dan menguap. Peneliti utama ATLAS, Larry Denneau mengatakan, temuan ini merupakan bonus bagi pihaknya.
"Walaupun sistem ATLAS didesain mencari asteroid berbahaya, ATLAS melihat fenomena langka di tata surya kita dan di luar saat sedang memindai langit. Ini adalah bonus untuk ATLAS bisa membuat penemuan seperti ini," kata Denneau.