Aneh Tapi Nyata, di Planet Ini Hujannya Bukan Mengandung Air

Ilustrasi musim hujan.
Sumber :
  • vstory

VIVA – Sampai saat ini, Bumi menjadi planet yang paling layak dihuni oleh mahluk hidup dalam tata surya, lantaran memiliki persediaan oksigen dan air yang cukup untuk kehidupan sehari-hari. Tak hanya itu, di bumi tak ada risiko terjadi hujan besi.

Atasi Curah Hujan Tinggi, Modifikasi Cuaca di Jakarta Akan Dilakukan hingga Awal 2025

Ya, di planet planet bernama WASP-76b hujan yang turun cukup berbahaya lantaran mengandung besi. Planet yang mirip dengan Jupiter itu, diketahui berjarak sekitar 390 tahun cahaya dari tata surya.

"Ini mungkin salah satu iklim planet paling ekstrim yang pernah kita lihat," ungkap David Ehrenreich dari Universitas Jenewa Swiss, dikutip dari laman New Scientist, Senin 25 Mei 2020.

Pemprov DKI Jakarta Gelontorkan Rp 4 Miliar untuk Rekayasa Cuaca, Fokus Mitigasi Hujan Ekstrem

WASP-76b merupakan planet raksasa gas yang memiliki orbit jauh lebih pendek saat mengitari bintangnya, lebih dari dua hari Bumi. Planet tersebut memiliki suhu yang sangat panas karena permukaan saat menghadap mataharinya selalu sama dan memiliki jarak orbit sangat dekat.

Baca juga: Minim Kendala, Platform Streaming Ini Jadi 'Teman Setia' Saat Lockdown

Pemprov Jakarta Lakukan Modifikasi Cuaca, Sebar 3,2 Ton Garam Tekan Dampak Hujan Ekstrem

Diinformasikan, siang hari di planet ini suhunya mencapai 2400 derajat celcius, atau 1000 derajat lebih panas dari malam hari. Sisi yang menghadap Bumi memang terlalu redup dilihat dengan teleskop, namun cahaya bintang menyaring atmosfer planet, mengungkapkan sisi luarnya.

Tim peneliti menganalisis cahaya ini dan berkesimpulan adanya gas besi di WASP-76b. Hal yang sama juga bisa ditemui pada atmosfer Jupiter.

Ilustrasi hujan besi yang terjadi di Planet WASP-76b

Kandungan besi pada planet tidak terdistribusi merata di planet dan hadir dari siang ke malam bukan sebaliknya. Tim peneliti membedakan ini dari cahaya yang dilihat pada kedua sisi WASP-76b yang menjadi pembatas antara siang dan malam.

Karena adanya perbedaan suhu drastis dari malam ke siang, tim peneliti berkesimpulan zat besi berubah menjadi embun lalu awan saat malam hari. Kemungkinan setelah itu hujan akan turun di planet tersebut.

Adanya hujan mengandung besi di planet tersebut dikatakan oleh David Amstrong dari Universitas Warwick Inggris. Namun menurutnya, planet yang memiliki ciri khas sama kemungkinan ada hujan besi tergantung pada kecepatan angin serta perbedaan suhu antara siang dan malam harinya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya