Internet Jadi Sarana Belajar Masak Antigagal
- Pexels/rawpixel.com
VIVA – Internet memungkinkan kita untuk mempelajari banyak hal, mulai dari sejarah hingga ilmu pengetahuan alam. Dunia maya juga bisa dimanfaatkan sebagai sarana, untuk mencoba hal-hal baru.
Salah satu contohnya, memasak. Dengan menonton tayangan video yang tersedia secara gratis, kita bisa membuat aneka puding atau makanan berat ala Eropa. Namun, terkadang hasilnya tidak sesuai dengan ekspektasi.
Hal itu disebabkan, kita harus mencari sendiri apa kesalahan yang dilakukan. Komunikasi hanya satu arah saja, sehingga kita tidak bisa menanyakan hal-hal detail seperti apakah adonan sudah sesuai dengan resep atau belum.
Untungnya, kini sudah tersedia sarana lain yang lebih lengkap, yakni kelas online. Kita dapat langsung berinteraksi dengan pengajar, agar hasil yang didapat sesuai keinginan.
Salah satu contohnya, startup edutech lokal Mikkha. Platform pendidikan digital ini dibuat, dengan berbasis marketplace. Pengguna tidak hanya bisa memanfaatkan platform ini untuk belajar, namun juga mengajar.
“Kamu dapat membuat kelas untuk berbagi konten ke semua orang, baik kelas-kelas gratis atau pun berbayar. Selain itu, kamu juga bisamencari kelas pelatihan online dari beragam konten,” ujar CEO Mikkha, Khrisna Ramadan melalui keterangan resmi, dikutip Jumat 15 Mei 2020.
Keuntungan lain dari metode belajar ini, yakni kamu tidak perlu datang ke kelas yang diikuti. Cukup tunggu jadwal dari rumah, sembari bersantai menonton tayangan hiburan di televisi.
Mikkha juga bisa dimanfaatkan oleh perusahaan, untuk membekali karyawan mereka dengan ilmu pengembangan kemampuan. Dengan kelas online, maka tidak perlu ada jadwal khusus dan mendatangkan tenaga pengajar, hingga bisa menghemat biaya pengeluaran.
Ada beberapa sesi yang tersedia pada platform ini, mulai dari sesi video langsung, papan tulis hingga ruang kelas virtual. Peserta maupun pengajar dapat berbagi dokumen, serta tersedia juga fitur berbagi layar.
Komdigi Blokir 6 Juta Lebih Konten di Sosmed untuk Cegah Diskriminasi Digital
Data dari Kementerian Komunikasi Digital (Komdigi), menyebutkan bahwa ada 6.059.312 konten negatif berhasil diblokir.
